Cara Kerja Pikiran Dan Bagaimana Terbentuk

Pikiran merupakan salah satu komponen dari kehidupan manusia. Pikiran adalah alat. Jadi bukan diri manusia seutuhnya.

Jika selama ini kamu berpikir bahwa pikiran dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, maka itu sebuah kesalahan besar. Pikiran adalah alat yang lugu. Cukup membuatnya percaya, maka yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa jadi salah. Dan yang jadi masalahnya, manusia mengandalkan pikiran untuk menentukan sebuah keputusan. Pusing? Santai saja, kita akan membahas karakter dan bagaimana pikiran itu sendiri terbentuk.

Pikiran adalah bagian dari sistem kehidupan manusia. Pahami benar tentang hal ini. Artinya, pikiran tidak berdiri sendiri. Dia alat untuk memproses data/informasi yang ditangkap melalui kelima indera manusia.

Pikiran anda saat ini, tidak serta merta terbentuk begitu saja. Melainkan melalui proses dari apa yang di baca, dengar, lihat, rasa, atau lalui sepanjang hidup manusia. Pikiran setiap saat mengalami pergeseran atau perubahan. Apa yang anda baca saat ini, dititik ini, secara otomatis telah merubah paradigma berpikir anda. Ada hal yang telah berubah, sadari saja itu.

Pikiran sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pikiran menangkap setiap informasi yang manusia lalui sepanjang waktunya. Setiap informasi yang diserap menjadi semacam bank data dalam memori otak. Data-data tersebut kemudian akan mempengaruhi cara berpikir. Baik dalam mengambil kesimpulan, tindakan, sikap, dan lain sebagainya.

Kebenaran atau kesalahan menurut pikiran, tidak benar-benar mutlak. Sengat dipengaruhi dari proses bagaimana dia terbentuk. Kebenaran dan kesalahan menurut pikiran dinamakan kesadaran. Dan ini sangat dinamis! Dan ini saya sebut sebagai produk pikiran.

Saya akan memberi sebuah gambaran tentang produk pikiran.

Benarkah apa yg kamu rasakan itu sebuah kenyataan? Atau hanya produk pikiran? Mari kita lihat!

Saya yakin semua tahu dengan binatang peliharaan yang bernama kucing. Di Indonesia dan banyak wilayah lain, mayoritas dalam pikirannya tertanam sebuah aplikasi yang menyatakan bahwa; binatang imut dan lucu itu tidak layak di konsumsi.

Sejak kecil, sebagian besar manusia diperkenal tentang binatang peliharaan bernama kucing bukan sesuatu yang di konsumsi. Termasuk dalam berbagai aliran kepercayaan dan agama.

Sekarang, bayangkan daging kucing yang di potong kecil-kecil, seluruh bulu nya di bersihkan, termasuk bagian kepala nya yg utuh. Siap untuk di masak dengan kuah sup terbaik.

Walaupun mungkin, telah diracik sedemikian rupa dengan bumbu berkualitas terbaik dari seorang chef terbaik dunia. Saya yakin, Anda tetap tidak berminat memakan nya. Jika pun di paksa, perut anda akan menolak dan muntah.

Saya telah melakukan semacam eksperimen. Beberapa teman, pernah saya ajak untuk membayangkannya, dan spontan berkata; dia tidak sanggup memakan nya. Walaupun saya sudah mendeskripsikan bahwa rasa daging nya enak. Malah lebih enak dari daging ayam kampung. Bumbu dan kuahnya juga enak. Mereka tetap menolak! Terakhir teman-teman tersebut beralasan tidak tega. Begitulah produk pikiran itu tertanam di memori otak. Melekat kuat. Terbentuk oleh lingkungan.

Dan perlu di ketahui, di beberapa wilayah makan daging kucing itu biasa. Artinya tidak berlaku sama. Ada beberapa wilayah masyarkatnya biasa mengkonsumsi daging kucing sebagai salah satu makanan. Mereka bisa menikmati rasanya. Sama sepeti anda yang bisa menikmati daging ayam.

Dalam hal ini, saya ingin menggambarkan bahwa; Bukan soal dagingnya yang enak atau tidak enak. Bukan pula daging kucing yg membuat perut anda mual. Tapi pikiran! Pikiran yang sudah terbentuk tentang mengkonsumsi daging kucing itu tidak enak/layak.

Bukan pula soal pikiran suci manusia yang mengaku penuh rasa cinta hingga tidak tega. Toh.. kenyataannya, manusia bisa tertawa bahagia dan penuh kepuasan bersama keluarga; menonton hingga makan daging sapi yang berurai air mata saat di sembelih.

Alasan bertopeng cinta, salah atau benar, layak tidak layak, lumrah atau tidak, kejam, enak, nikmat, itu adalah sensasi yang sangat dipengaruhi pikiran. Membentuk semacam sistem atau aplikasi yang tertanam dalam otak manusia.

Seperti nyata. Ada sensasi yang membentuk sebuah kondisi. Kondisi tidak bisa menerima daging kucing sebagai sesuatu yang bisa dikonsumsi.

Realitasnya, semua daging ya daging, binatang ya binatang. Dan produk pikiran manusialah yang menentukan deskripsinya dan sensasi sesuai aplikasi yang terinstall dalam pikiran. Terbentuk melalui sebuah proses yang dipengaruhi oleh lingkungan. Ketetapan lingkungan pun melalui sebuah proses yang didapat melalui asumsi yang biasa disebut kreatifitas.

Ada begitu banyak produk pikiran yang di anggap kebenaran. Lihat saja di sekeliling anda. Jika bisa, itu berarti kamu mulai memasuki zona hakikat. Mulai bisa melihat realitas dibalik pikiran.

Oya, tulisan ini bukan berarti saya memprovokasi anda untuk mulai belajar mengkonsumsi daging kucing. Bersambung

__// Tulisan ini bagian dari buku Neurolism

2 pemikiran pada “Cara Kerja Pikiran Dan Bagaimana Terbentuk”

  1. Mengenai daging kucing saya pernah punya pengalaman secara tidak sengaja memakan dagingnya dan sayapun tidak tahu kalau itu daging kucing, ya rasa daging kucing ternyata sangat berbeda dengan rasa daging lainnya karena ada rasa masam/kecut yang tidak dimiliki oleh daging lain dan terus terang itu yang membuat rasa mual dan ingin muntah setelah memakannya.

    Balas
    • KOMPAS.com — “Jika bertanya kepada saya, daging kucing adalah makanan terlezat nomor satu. Selanjutnya, saya suka daging anjing,” kata seorang resepsionis sebuah hotel di Hanoi, Vietnam, kepada Kompas.com, Jumat (28/11/2014). Banyak orang, khususnya orang Indonesia, pasti akan kaget mendengar pengakuan tersebut. Terdengar aneh di telinga bahwa daging kucing bisa dijadikan santapan sehari-hari. Bahkan, bagi pencinta kucing, hal tersebut jelas bisa dianggap gila dan di luar akal sehat. Bagi kebanyakan orang, kucing merupakan binatang lucu, imut, dan menggemaskan. Tak jarang, banyak orang yang menjadikan kucing sebagai binatang peliharaan di rumah, selain anjing. Akan tetapi, jika Anda berkunjung ke Hanoi, Vietnam, bisa jadi Anda akan merasa bingung karena keberadaan kucing bisa dibilang sangat langka. Kalaupun ada, kucing tersebut mungkin sudah berada di lemari kaca dalam bentuk potongan daging yang siap disajikan menjadi santapan. Vietnam menjadi salah satu negara yang penduduknya gemar mengonsumsi daging kucing. Setiap tahun, ribuan kucing, dan juga anjing, ditangkap di jalanan-jalanan kota Hanoi maupun Ho Chi Minh City hanya untuk dijadikan kudapan. “Daging kucing memang digemari di sini. Saya sudah setahun tinggal di Hanoi. Saya aneh melihat daging kucing disajikan dalam bentuk makanan. Bahkan, saya pernah memelihara seekor kucing. Dua hari kemudian, kucing peliharaan saya pun hilang,” kata Sadikin, salah satu staf Kedutaan Besar Indonesia untuk Vietnam. Tren baru Kebiasaan penduduk Vietnam memakan daging kucing baru terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Awalnya, kucing merupakan binatang peliharaan yang tidak pernah terpikirkan untuk dimakan. Kabar mengenai daging kucing yang disajikan dalam bentuk makanan di Vietnam mulai santer terdengar pada tahun ini. Seperti dalam pemberitaan AFP pada Juli lalu, seorang koki yang restorannya menjual menu daging kucing mengatakan, menu tersebut banyak digemari pelanggannya. “Banyak orang (di sini) memakan daging kucing. Ini merupakan hal baru. Namun, mereka ingin mencobanya,” kata koki bernama To Van Dung, kepada AFP. “Saya tahu di Amerika Serikat dan Inggris, mereka tidak memakan daging kucing. Namun, kami memakannya di Vietnam. Saya tidak membunuh kucing. Namun, restoran di sini menjual saat saya ingin mencoba memakan daging kucing,” kata seorang konsumen, Nguyen Dinh Tue, kepada SCMP.com. Vietnam sebenarnya melarang konsumsi daging kucing dalam upaya mengontrol populasi tikus di negeri itu. Namun, kini terdapat puluhan restoran yang menyajikan daging kucing di negeri tersebut. Pada hari sibuk, sebuah restoran bisa melayani hingga 100 permintaan sajian daging kucing. Hal tersebut membuat warga Vietnam yang memelihara kucing menjadi kalang kabut. Tak jarang, warga tidak akan membiarkan kucingnya berkeliaran di jalanan karena takut dicuri. Kebiasaan warga Vietnam menyantap daging kucing ternyata muncul akibat kondisi masa lalu. Seorang dokter hewan, Hoang Ngoc Bau, menuturkan alasan mengapa warga Vietnam berani memakan makanan yang terbilang esktrem. “Negara ini pernah sangat miskin. Kami pernah berperang dalam waktu yang lama. Jadi, kami makan segalanya untuk bisa bertahan hidup, dari mulai serangga, anjing, kucing, bahkan tikus. Ini sudah menjadi kebiasaan,” katanya. Apa pun alasannya, makanan yang terbuat dari daging kucing memang terasa janggal di telinga. Populasi kucing sebenarnya harus dijaga karena berperan besar dalam kehidupan manusia, khususnya menjaga agar jumlah tikus yang dikenal sebagai hama bisa dikontrol dengan baik.

      Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Di Vietnam, Daging Kucing Jadi Santapan Favorit”, https://internasional.kompas.com/read/2014/12/04/11211411/Di.Vietnam.Daging.Kucing.Jadi.Santapan.Favorit.
      Penulis : Okky Herman Dilaga

      Balas

Tinggalkan komentar