Delusi.. Tidak melulu soal ghaib!

Saya sudah sering menulis tentang cara kerja pikiran. Tentang bagaimana membuat nya percaya; maka yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa jadi salah.

Dalam mengambil sebuah kesimpulan, pikiran pada dasarnya tidak menilai dari esensi. Melainkan melalui asumsi yang dipercayainya. Itulah kenapa sistem keyakinan dapat berkembang ditengah manusia.

Cukup membuat pikiran yakin! Maka realitas pun tidak bisa jadi bahan pertimbangan. Saat anda yakin pada sesuatu; maka realitas dan fakta yang seharusnya jadi bahan pertimbangan akan bernilai ‘nol’ atau tidak berlaku.

Secara psikologis, saat anda yakin pada sesuatu; maka kritikal area anda terbuka. Hal ini secara otomatis akan memicu sistem syaraf anda memunculkan sensasi, baik dalam bentuk rasa maupun halusinasi.

Tidak ada persoalan sebenarnya, saat anda memahami bahwa berbagai sensasi dan halusinasi tersebut bukan sebuah realitas. Tapi ketika anda menganggap hal ini sebuah kebenaran maka anda akan tenggelam dalam delusi. Anda akan tenggelam dalam produk pikiran anda sendiri.

Menjadi baik, jika delusi tersebut membawa anda ke arah positif. Jika sebaliknya, maka anda akan bertumbuh sebagai sosok yang bermasalah. Baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Kenapa? Karena pada tahapan ini; anda tidak bisa membedakan mana produk pikiran liar, mana realitas. Dalam kehidupan anda semua sama.

Delusi itu sendiri, tidak melulu soal penampakan sosok ghaib/roh/atau sejenisnya. Tapi dapat juga terjadi pada hal-hal lain.

Baik lah, saya akan memberi penekanan tentang makna delusi. DELUSI adalah, sesuatu yang kita yakini ada, meskipun sebenarnya tidak ada. “Delusi berisikan kebenaran yang terlupakan, ….. terdistrosi, disalahpahami,.. terpaksa percaya”; Sebuah keyakinan dari dalam. Dari bawah sadar!!..

Sebagai contoh; Seorang gadis yang ingin dicintai merasa orang yang sekedar memperhatikannya jatuh cinta padanya.

Seseorang sakit ringan yang ingin dikasihani, bisa percaya ia sakit keras. Atau seorang lelaki merasa semua wanita seperti ibu nya.

Seseorang yang jarang mendapat perhatian bisa mengira semua orang peduli padanya.

Seseorang yang merasa suci, merasa bahwa yang lain kotor.

Seseorang yang menghadapi kesulitan-kesulitan yang biasa, merasa seluruh dunia melawannya. Mereka merasa dimusuhi, diintimidasi, dikucilkan, disingkirkan, merasa begitu banyak musuh, dan lain sebagainya.

Kondisi ini; walau pun tidak jelas terlihat, adalah sakit jiwa yang sangat buruk. Baik bagi dirinya, maupun orang lain. Tekanan pikiran yang tidak sesuai dengan asumsi pikirannya, berpotensi membangkitkan bawah sadarnya untuk melakukan sesuatu. Seperti perlawanan yang tidak jelas arahnya.

Tinggalkan komentar