Ilmu Yang Tersesat – Pola Hipnosis

Ada sebuah kecendrungan yang sering terjadi ditengah cara berpikir manusia sepanjang sejarah, berasumi, yakin, lalu ditetapkan menjadi sebuah kepastian/kebenaran. Sadari saja sebuah hal bahwa; yang bercerita tentang kehidupan setelah mati adalah orang-orang yang masih hidup. Belum pernah mati!..

Ada begitu banyak, asumsi terhadap sebuah fenomena menjadi landasan pemikiran. Dan jelas, muaranya ada begitu banyak turunan hasil pikiran lain untuk memperkuat asumsi. Dan ini kemudian yang semakin jauh dari esensi. Tersesat dalam belantara ketersesatan yang semakin dalam.  Berlapis-lapis!.. Dan celakanya dijadikan sebuah kemutlakan.

Ketika menyebutkan sebuah kata hipnosis, misalnya. Maka akan ada serangkaian asumsi untuk mendeskripsikan kata tersebut.

Secara umum, Hipnosis adalah suatu kondisi mental. Orang yang melakukan proses hipnosis (memberikan sugesti) terhadap subjek disebut hipnotis. Hipnosis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnosis, yang umumnya terdiri dari rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti hipnosis dapat disampaikan oleh seorang hipnotis di hadapan subjek, atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek (Self-hipnosis). Penggunaan hipnosis untuk terapi disebut hipnoterapi, sedangkan penggunaannya sebagai bentuk hiburan bagi penonton dikenal sebagai Stage hipnosis.

Perkembangan ilmu hipnosis, awalnya tidak begitu populer ditengah masyarakat dunia. Walau pun, tehnik-tehniknya telah muncul ribuan tahun lalu. Pada awal-awal perkembanganya, hipnosis banyak digunakan para rohaniawan di berbagai wilayah untuk melakukan penyembuhan. Membuat pasiennya tertidur (rileks) lalu mengucapkan kata-kata untuk menanamkan saran (Sugesti) mengenai kesembuhannya.

Kemudian dalam sejarah hipnotis berkembang melalui Marquis de Puysegur (1781 – 1825) yang pertama kali memperkenalkan hypnotic state seperti yang kita ketahui sekarang ini. Kemudian sekitar pada tahun 1842 seorang dokter ahli syaraf keturunan Skotlandia yang bernama James Braid (1795 – 1860) mengenalkan istilah hypnosis yang berasal dari salah satu nama Dewa Yunani.

Dalam sejarah lain kemudian setelah itu muncul dua orang professor Dr. Ambroise Auguste Liebeault (1823 – 1904) dan Bernheim yang telah mengembangkan seni hipnotis. Sampai pada akhirnya Liebeault sering disebut “Bapak Hypnosis”.

Pada pertengahan tahun 1940, ada seorang psikiatrist yang sangat jenius bernama Milton Erickson (1901-1980). Dia menyatakan bahwa dalam suatu proses hypnosis, yang hebat adalah subyek hypnosis atau kliennya. Karena klien dapat memahami dan mengikuti apa yang dikatakan oleh sang terapis. Dia juga menyatakan bahwa hypnosis adalah proses yang wajar dan tidak akan berproses bilamana bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan keinginan klien. Semua pengendalian proses hypnosis berada di klien.
Kemudian dalam sejarah hipnotis juga muncul lagi nama Dave Elman (1900 – 1967) yang mengembangkan teknik induksi cepat yang sangat berguna untuk dokter dan dokter gigi.

Hipnotis juga menjadi dasar dari ilmu NLP (Neuro Language Program) yang dikembangkan John Grinder dan Richard Blander. Mereka juga belajar teknik hipnotis dari Milton Erickson. Saat ini NLP sangat populer digunakan untuk pengembangan diri, motivasi dan pemberdayaan diri. Selain itu hypnosis juga telah berkembang pesat seiring sejarah hipnotis terus berjalan dan setiap orang mempunyai gaya tersendiri dalam mengaplikasikannya.

Namun dari serangkaian sejarah sehingga kata hipnosis dikenal manusia, bukan berarti praktiknya baru saja terjadi sejak saat itu. Sejarah hanya catatan tentang perkembangan konsep, keyakinan, dan praktik yang berkaitan dengan fenomena, seperti; trance, hipnosis, hipnoterapi, pemanfaatan, dan pengembangan tehnik. Dari zaman disebut prasejarah hingga peradaban modren.

Namun, perlu juga diketahui, hipnosis adalah sebuah fenomena alamiah manusia. Artinya, dapat saja terjadi saat manusia dalam kondisi, situasi, atau melakukan mekanisme tertentu. Karena sifatnya merupakan fenomena alamiah, maka hipnosis ada sejak manusia ada. Umurnya, sama setua peradaban manusia itu sendiri.

Pemanfaatan Fenomena hipnosis untuk kepentingan manusia sudah terjadi sejak lama. Meskipun, istilah hipnosis baru pertama kali diperkenalkan oleh James Braid pada tahun 1842.

Secara tradisional, metode-metode yang memanfaatkan fenomena hipnosis/trance sudah banyak dilakukan sejak zaman sebelum masehi.

Pada 4000 SM, Di Assyo Babylonia, data arkeologis menunjukkan adanya praktik pengobatan oleh pendeta dengan pemanfaatan pembakaran dupa dan pembacaan doa. Api digunakan agar pasien konsentrasi. Sang pendeta memandang mata sang klien, pada saat yang sama disampaikan doa permintaan kepada Tuhan untuk mengusir penyakit. Selama proses penyembuhan diiringi dengan bunyi-bunyian tifa dan gong.

Pada 2000 SM, Wang Tai peletak dasar pengobatan Cina mengajarkan bagaimana memanfaatkan pikiran pasien untuk membantu menghilangkan penyakit baik fisik maupun emosi. Kitab Hindu Weda bahkan mengajarkan metode agar pasien memfokuskan pikiran terhadap organ tubuh tertentu yang memerlukan penyembuhan.

Pada 1552 SM, dalam manuskrip di Mesir dilaporkan ada praktik dokter saat itu yang menyembuhkan pasiennya dengan cara tangan sang dokter memegang kepala pasien, sang pasien kemudian menutup mata dan konsentrasi kepada bagian tubuh yang sakit, Sang dokter disebut memperoleh kekuatan untuk menyingkirkan peyakit.

1200 SM, Dokter Yunani , Aesclepius melakukan ritual penyembuhan dengan membuat bangunan suci tidur. Pasien diminta tidur dan mendapakan penyembuhan melalui mimpi.

1000 SM, Di Mesir terdapat bangunan suci yang dipergunakan khusus untuk ritual penyembuhan. Pendeta melakukan penyembuhan dengan kekuatan sentuhan dan kata-kata.

Pada 928 SM, Di Yunani, Chiron seorang dokter pada saat itu melakukan operasi dengan membuat pasien terlebih dahulu masuk ke dalam keadaan trance yang diperoleh melalui menghirup aroma wewangian dan mendengarkan rapalan doa.

400-377 SM, Dokter Yunani, Hyppocrates memperkenalkan keadaan trance yang merupakan proses penyembuhan juga bagian dari upacara pelulusan. Ia pecaya bahwa karakter, kepribadian dan sikap mental pasien berkaitan erat dengan tipe penyakit yang diderita. Bahkan Hyppocrates mengatakan “jauh lebih penting mengenal orang yang mengalami penyakit tertentu ketimbang mengetahui penyakit apa yang di alami orang”. Ia juga mengatakan “Rasa sakit dialami oleh tubuh, Sang jiwa melihatnya sambil menutup mata”.

Pada 300-270 SM, Raja Phyrus dari Mesir adalah Raja-Pendeta yang menyiapkan tempat yang berguna untuk berdoa sekaligus tempat penyembuhan. Dia memberi nama “ Bangunan Suci Tidur”. Para peneliti menemukan pula dokumen dan gambar yang menunjukkan posisi tubuh pasien yang dalam saat ini dinyatakan sedang terinduksi dan mengalami trance.

Sebenarnya, masih ada banyak lagi praktik-praktik yang dilakukan jauh sebelum istilah hipnosis dikenal. Bahkan, berbagai fenomena yang dianggap campur tangan keilahian, ghaib, spiritual, dan lain sebagainya dalam kehidupan manusia adalah pola-pola hipnosis.

Tidak hanya itu, dalam kehidupan sosial diperadaban modren, ada begitu banyak pola hipnosis yang masih dianggap sebagai sesuatu yang lain. Atau suatu keajaiban karena adanya sesuatu. Padahal, sesuatu itu adalah fenomena hipnosis yang terselubung oleh asumsi tentang sesuatu.

Hipnosis sendiri tidak serta-merta diterima dengan baik sebagai sebuah fenomena alamiah manusia. Ada begitu banyak asumsi yang kemudian memunculkan stigma negatif terhadap hipnosis. Apalagi dalam kehidupan masyarakat yang tenggelam dalam sebuah sistem keyakinan. Meyakini bahwa kondisi alamiah tersebut, ada campur tangan sesuatu. Ada kekuatan sesuatu.

Bahkan, akibat ketidak tahuan yang naif, lalu menuding bahwa hipnosis menggunakan kekuatan dari alam kegelapan. Ghaib! Dan beberapa yang berpikiran pendek menyebut hipnosis terjadi karena adanya kekuatan sihir!

Sihir disebut sebagai sebab dan hipnosis adalah akibat. Padahal, berbagai hal yang dianggap sihir itu sendiri adalah fenomena hipnosis.

Stigma negatif tentang hipnosis berkembang semakin buruk ditengah ketidak tahuan manusia. Ditambah lagi berbagai modus penipuan/kriminal disebut-sebut menggunakan pola hipnosis. Alih-alih, belajar untuk lebih banyak tahu, hipnosis malah dijauhi dan dianggap keilmuan sesat! Black Magic dan lain sebagainya.

Teruslah membaca, artikelnya akan terus berlanjut. Pemahaman anda terhadap pola-pola hipnosis akan membuka tabir-tabir yang selama ini dianggap ajaib. Bahkan berbagai fenomena yang sudah kadung dianggap campur tangan ke-Ilahian dan ghaib!

__// Tulisan ini bagian dari buku Neurolism

 

Tinggalkan komentar