Kata Hati Nurani Itu Konsep Menjajah Pikiran

DOSA, RASA BERSALAH, DAN HATI NURANI: Dosa adalah satu teknik dari agama-agama semu. Agama yang benar sama sekali tidak membutuhkan konsep itu. Agama semu tidak bisa hidup tanpa konsep dosa, karena dosa adalah teknik untuk menciptakan rasa bersalah pada manusia.

Engkau harus memahami keseluruhan strategi dari dosa dan rasa bersalah. Kecuali engkau membuat seseorang merasa bersalah, engkau tidak bisa memperbudaknya secara psikologis. Itu mustahil untuk memenjarakannya dalam ideologi tertentu, sistem kepercayaan tertentu. Tapi begitu engkau telah menciptakan rasa bersalah dalam pikirannya, engkau telah mengambil semua yang berani di dalam dirinya. Engkau telah menghancurkan semua yang sangat berani di dalam dirinya. Engkau telah menekan semua kemungkinan dirinya untuk pernah menjadi seorang individu dengan haknya sendiri. Dengan gagasan dari rasa bersalah, engkau hampir membunuh potensi manusia di dalam dirinya. Dia tidak pernah bisa mandiri. Rasa bersalah akan memaksanya untuk bergantung pada seorang mesias (juru selamat), pada ajaran agama, pada Tuhan, pada konsep surga dan neraka, dan keseluruhannya.

Untuk menciptakan rasa bersalah, semua yang engkau butuhkan adalah hal yang sangat sederhana: mulailah menyebut kesalahan, kekeliruan – sebagai dosa. Mereka itu hanya kesalahan, manusiawi. Sekarang, jika seseorang melakukan kesalahan dalam matematika – dua ditambah dua, dan dia menyimpulkan bahwa itu akan menjadi lima – engkau tidak mengatakan bahwa dia telah melakukan dosa. Dia tidak waspada, dia tidak memperhatikan apa yang sedang dia lakukan. Dia tidak siap, dia belum mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dia tentu saja melakukan kesalahan, tapi kesalahannya bukan dosa. Itu bisa diperbaiki. Sebuah kesalahan tidak membuatnya merasa bersalah. Paling-paling itu membuatnya merasa bodoh.

Apa yang telah dilakukan oleh agama semu – dan semua agama di dunia telah menjadi agama semu sampai sekarang – adalah dengan mengeksploitasi kesalahan, kekeliruan, yang benar-benar manusiawi, dan mengutuk mereka sebagai dosa. Dosa berarti itu bukan kesalahan sederhana: engkau telah melawan Tuhan; Itulah arti kata dosa. Adam dan Hawa melakukan dosa asal: mereka tidak menaati Allah. Kapan pun seseorang mengutukmu sebagai melakukan dosa, dia sedang mengatakan dengan cara tertentu atau lainnya bahwa engkau tidak menaati Tuhan.

Sekarang, tidak ada yang tahu siapa Tuhan ini, apa yang didukungnya dan apa yang dilawannya. Ada tiga ratus agama semu di bumi. Pikirkanlah saja tiga ratus ilmu di atas bumi, tiga ratus ajaran fisika, saling mengutuk, saling menyalahkan satu sama lain, menyatakan, “Hanya ajaran kami adalah ajaran yang sebenarnya, dan semua ajaran lainnya menyesatkan umat manusia.” Apa yang akan menjadi situasi di bumi jika ada tiga ratus ajaran fisika, tiga ratus ajaran kimia, tiga ratus ajaran kedokteran, tiga ratus ajaran matematika – apa yang akan menjadi situasinya? Seluruh bumi akan menjadi gila. Dan itulah yang terjadi sejauh itu menyangkut agama.

Dan ketika aku mengatakan tiga ratus, aku tidak menghitung sekte dalam agama. Misalnya, aku menghitung agama Kristen sebagai satu agama, bukan Katolik, Protestan – sebenarnya mereka adalah dua agama. Dan kemudian ada pembagian sub-sekte. Jika engkau menghitung semuanya, maka tiga ratus akan menjadi jumlah yang sangat kecil; Mungkin ada tiga ribu. Semua orang memberikanmu firman Tuhan, dan semua agama ini memberikan pernyataan yang kontradiktif.

Jika engkau mendengarkan semua agama, engkau bahkan tidak bisa bernafas barang sejenak, karena apa pun yang engkau lakukan adalah dosa. Untungnya engkau dikondisikan oleh hanya satu agama semu, jadi engkau juga tidak sadar bahwa ada orang idiot lain – engkau tidak sendiri – yang sedang melakukan hal yang sama. Aturan mereka berbeda, tapi mereka sedang memainkan permainan yang sama ….
Dosa adalah strategi untuk menghancurkanmu, untuk melumpuhkanmu, untuk membantaimu sebagai individu. Dan kemudian engkau berada di tangan pendeta/imam. Lalu apa pun yang dia katakan, engkau harus mengikutinya. Engkau tidak bisa membantah karena itu tertulis dalam kitab suci. Dan untuk membantah melawan kitab suci juga adalah dosa. Kitab suci harus diperlakukan seperti satu orang. …

Jika masyarakat mengkondisikan pikiranmu untuk kebodohan apa pun dan engkau tidak ingin melakukannya, hati nuranimu akan menusukmu.

Engkau harus memahami kedua kata ini: hati nurani dan kesadaran. Kesadaran adalah milikmu.

Hati nurani diberikan oleh masyarakat. Ini adalah pemaksaan atas kesadaranmu. Masyarakat yang berbeda memaksakan gagasan yang berbeda atas kesadaranmu, tapi mereka semua memaksakan sesuatu atau lainnya. Dan begitu sesuatu dipaksakan atas kesadaranmu, engkau tidak dapat mendengar kesadaranmu, itu jauh sekali.

Antara kesadaranmu dan dirimu berdiri satu tembok yang tebal dari hati nurani yang masyarakat telah paksakan padamu sejak masa kecilmu – dan ini berhasil. …

Hati nurani adalah polisi yang dimasukkan ke dalam dirimu oleh masyarakat. Masyarakat mencoba mengendalikanmu dan perilakumu dengan dua cara: polisi di luar, pengadilan di luar, hakim di luar, penjara di luar; dan hati nurani di dalam, takut akan hukuman, takut akan neraka, Tuhan sebagai hakim, pengadilannya … di depannya engkau tidak bisa menyembunyikan apa pun. Engkau akan berdiri telanjang, dengan semua dosamu tertulis di sekujur dirimu. Tidak ada kemungkinan untuk bersembunyi.

Jadi masyarakat sampai sekarang telah menggunakan teknologi yang sangat halus: menciptakan hati nurani dengan mengulangi bahwa hal-hal tertentu adalah dosa, hal-hal tertentu adalah kebajikan. Kebajikan akan dihargai seribu kali lipat. Di sini engkau hanya memberikan satu rupee sebagai sumbangan, dan di surga engkau akan mendapatkan seribu rupee sebagai imbalannya. Sekarang, mereka bermain dengan keserakahanmu. Ini adalah bisnis yang bagus.

Ini hampir berupa undian – dan yakin dan pasti. Ini bukan pertanyaan bahwa angkamu mungkin keluar, mungkin tidak keluar. Engkau memberi satu rupee di sini kepada brahmana – ingat, jangan membuat kesalahan: “Sang brahmana,” kitab suci mengatakan: “Berikanlah kepada brahmana, bukan kepada orang lain” – brahmana sedang menulis kitab suci! Berikanlah kepada brahmana, dan apa pun yang engkau berikan, seribu kali lipatnya akan engkau terima dari Tuhan di surga. Itu adalah janji dari Tuhan. Dan brahmana akan berdiri sebagai saksi bagimu.

Dalam buku brahmana itu dikatakan, “Ketika engkau menyumbang kepada seorang brahmana, jangan pernah menyumbangkan seekor sapi tua yang tidak memberi susu lagi.” Hebat! – karena itulah yang dilakukan orang di India. Saat seekor sapi menjadi sangat tua, apa yang harus dilakukan dengan sapi itu? Itu tidak memberikanmu susu lagi, itu tidak memberimu lebih banyak anak sapi yang bisa digunakan dalam pertanian seperti sapi betina atau sapi jantan. Itu terlalu tua dan beban yang tidak perlu bagimu. Entah engkau memberikannya kepada tukang jagal – itu berarti engkau adalah mitra dalam pembantaian sapi itu. Sebenarnya, engkau adalah mitra utama: jika engkau tidak memberikannya kepada tukang jagal, dia tidak mungkin membunuhnya. Engkau memberikannya kepada si tukang jagal; engkau harus menanggung tanggung jawabnya.

Dan tahukah engkau apa yang dikatakan oleh kitab suci brahmana? Untuk membunuh seekor sapi hampir setara dengan membunuh sepuluh brahmana. Untuk membunuh satu brahmana sama dengan membunuh sepuluh manusia. Jadi siapa yang akan menjualnya ke tukang jagal? Dan engkau juga tidak bisa mendapatkan banyak uang dari tukang jagal. Cara terbaik adalah menyumbangkannya kepada seorang brahmana. Jadi orang dulu biasa menyumbangkannya.

Brahmana tahu bahwa inilah yang sedang terjadi. Para brahmana berada dalam kesulitan: mereka tidak dapat menolak sumbangan; sebuah sumbangan harus diterima dengan rasa syukur. Nah, apa yang harus dilakukan dengan sapi tua ini? Sang brahmana tidak bisa menjualnya ke tukang jagal. Sekarang, brahmana itu sendiri miskin. Dan sapi tua dari desa ini akan mulai berkumpul di sekitarnya. Jadi dia harus menulis di dalam kitab sucinya – ini bukan firman Tuhan, karena mengapa Tuhan harus merasa terganggu? – Bahwa seorang brahmana tidak boleh diberikan seekor sapi tua sebagai sumbangan: penekanannya adalah pada “seekor sapi tua”. Engkau harus memberi brahmana seekor sapi muda yang memberikan cukup susu, maka engkau akan diberi ganjaran.

Jadi orang-orang ini yang berfungsi sebagai perantara antara engkau dan Tuhan, antara engkau dan surga, benar-benar orang yang paling licik. Mereka telah menghancurkan apa yang paling berharga di dalam dirimu, kesadaranmu. Mereka telah menutupinya berlapis-lapis. Kesadaranmu telah terbenam; Di atasnya ada lapisan-lapisan pengkondisian.

Engkau bertanya: dalam agamaku adakah tempat untuk dosa? Mustahil. Dosa adalah penemuan imam, dan aku bukan seorang imam. Dosa adalah teknik agama semu, dan aku bukan seorang mesias atau avatara atau paigambara. Aku tidak menciptakan agama semu. Agama semu benar-benar membutuhkan konsep dosa, karena melalui dosa dia akan membuatmu merasa bersalah. Dengan rasa bersalah dia akan membuatmu gemetar di dalam.

Sekarang, entah bagaimana engkau harus dibersihkan dari rasa bersalah.

Kitab suci Brahmana berkata, “Janganlah takut, engkau menyumbang kepada brahmana dan kesalahanmu akan diampuni.”

Tapi menyumbang kepada brahmana – dan tergantung pada rasa bersalah tentu saja. Jika rasa bersalahmu besar, dosamu besar, maka engkau harus menyumbangkan lebih banyak. Kemudian buatlah kuil-kuil/tempat pemujaan ….

Tapi itu tidak hanya terjadi di India, tapi juga di seluruh dunia ketiga. Di Afrika, di Cina – semuanya di seluruh dunia ketiga. Dan engkau sedang membuat kuil untuk Tuhan! Tuhan bisa hidup dengan sangat mudahnya di langit yang terbuka; Tidak ada masalah baginya. Dia sangat berkuasa. Hawa dingin tidak akan memberinya radang paru-paru atau radang paru-paru ganda, hujan tidak akan membuatnya basah, sinar matahari panas tidak akan membakarnya, jadi mengapa repot-repot membuat rumah untuk Tuhan?

Tapi masalahnya adalah keserakahan. Hinduisme telah mengatakan kepada orang-orang Hindu, “Buatlah rumah untuk Tuhan – maka engkau akan diberi ganjaran.” Orang-orang Kristen berkata, “Buatlah rumah untuk orang miskin, rumah sakit untuk orang miskin, sekolah untuk orang miskin, anak yatim, orang tua, orang sakit, maka engkau akan diberi ganjaran.” Tapi keinginan dari keduanya adalah untuk diberi pahala. Hanya satu motif yang mendominasi semua agama.

Dalam visiku, orang yang benar-benar religius bisa memiliki gagasan tentang kesalahan, kekeliruan, tapi tidak dapat memiliki gagasan tentang dosa. Orang religius sejati tidak dapat menciptakan luka rasa bersalah dalam orang lain, karena itu untuk alasan tertentu: jika engkau ingin menjadi seorang mesias (juru selamat) maka engkau harus menciptakan dosa, maka engkau harus menciptakan rasa bersalah.

Orang yang menginisiasi Yesus ke dalam ajaran, Yohanes Pembaptis – satu-satunya pesannya seluruh hidupnya adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah, karena Mesias (juru selamat) akan datang. Jadi bersiaplah. Bertobatlah dari dosa-dosamu dan bersiaplah!” Tapi bagaimana engkau bertobat? Pertama-tama, rasa bersalah dibutuhkan – engkau harus merasa bersalah. Jadi merasa bersalah, bertobat, dan mesias akan datang untuk menyelamatkanmu.

Aku teringat akan sebuah sekolah Minggu kecil di sebuah desa. Semua anak-anak datang ke sekolah Minggu, dan pendeta tersebut mengajarkan mereka dan dia bertanya, setelah khotbahnya yang panjang tentang keindahan, kegembiraan, kemuliaan surga yang akan dialami orang-orang Kristen … dan semua anak bersemangat, sangat bersemangat untuk cepat naik ke dalam bis dan pergi ke surga. Mengapa membuang waktu di sini? Lalu pada akhirnya pendeta bertanya, “Nah, katakanlah padaku apa yang benar-benar dibutuhkan untuk pergi ke surga?” Seorang anak kecil mengangkat tangannya. Imam itu berkata, “Ya, berdirilah dan katakanlah apa yang dibutuhkan.”

Anak itu berkata, “Melakukan dosa.”

Imam itu berkata, “Apa! Aku telah memberitahumu jangan melakukan dosa dan engkau menjawab bahwa untuk sampai ke surga engkau harus melakukan dosa!”

Dia berkata, “Ya, itu sesuai dengan khotbahmu, aku telah menyimpulkan bahwa kecuali jika engkau melakukan dosa, engkau tidak dapat merasa bersalah. Jika engkau tidak merasa bersalah, bagaimana engkau akan bertobat? Dan jika engkau tidak bertobat, maka tidak ada jalannya. Lakukanlah dosa dulu. Merasa bersalah, bertobat, dan mesias datang dan membawamu ke surga.”

Aku pikir anak itu benar-benar aritmatis, logis. Apa yang dia katakan itu benar sekali. Inilah bagaimana agama-agama selama ini telah berhasil: lakukanlah dosa. Jika engkau tidak melakukan dosa, mereka akan menunjukkanmu bahwa engkau sedang melakukannya, walaupun engkau tidak mengetahuinya. Engkau pasti melakukan sesuatu – itu sudah cukup!

Dari situ sesuatu bisa ditemukan. Jika engkau tidak melakukan apa-apa, itu pun sudah cukup.

Aku sedang berbicara dengan seorang uskup, dan berkata, “Jika seseorang hanya sedang duduk diam, tidak melakukan apa-apa, paling tidak dia tidak melakukan dosa. Engkau akan membiarkannya sebanyak itu.”

Dia berkata, “Tidak, Tuhan telah mengutus engkau ke sini untuk melakukan sesuatu – pelayanan, tugas – dan engkau sedang duduk dan tidak melakukan apa-apa. Itu adalah dosa yang besar.”

Aku berkata, “Maka semua biksu Buddha telah pergi ke neraka, karena itulah yang mereka ajarkan: duduklah diam dan jangan berbuat apa-apa. Hanya dengan cara itu engkau akan menjadi sadar.”

Dan ketika engkau menjadi sadar, hati nurani akan runtuh, karena itu adalah sebuah artefak (barang buatan manusia), yang diciptakan secara tidak alami/artifisial oleh masyarakat. Itu mungkin Yahudi, itu mungkin Katolik, itu mungkin Protestan, atau apa sajalah; komunis, sosialis, fasis, apa pun.

Kesadaranmu muncul dalam keheningan, dan itu muncul hanya dalam diam, karena seluruh energimu tidak akan pergi ke mana pun, tidak terlibat dalam tindakan. Jadi, ketika seluruh energi tidak terlibat dalam tindakan, ke manakah ia akan pergi? Ia mulai terkumpul di pusat keberadaanmu, seperti pilar, pilar energi yang kuat, yang melepaskan hati nurani dan semua gagasan tentang dosa dan semua gagasan tentang rasa bersalah.

Tapi ingat, dengan itu juga pergilah mesias (juru selamat), rabi, imam. Dengan begitu pergilah Tuhan, iblis, surga, neraka – seluruh omong kosong yang selama ini dianggap, sampai sekarang, sebagai agama. Itu bukan agama….

Aku tidak melihat adanya kebutuhan akan dosa. Ya, engkau adalah manusia dan engkau akan hidup seperti manusia, dan terkadang engkau mungkin melakukan kesalahan. Misalnya, jika engkau merokok, itu mungkin sebuah kesalahan, itu mungkin salah, tapi engkau sedang melakukan bahaya yang cukup terhadap dirimu sendiri, engkau tidak perlu dihukum di neraka karenanya. Engkau sudah cukup menghukum dirimu sendiri. Rokok itu bisa memberimu tuberkulosis atau mungkin memberimu kanker, atau setidaknya akan mengurangi hidupmu beberapa tahun. Rokok itu akan melakukannya sendiri, tidak ada iblis yang datang dan membawamu ke neraka dan membakarmu di sana. Engkau melakukannya sendiri, dan membayar untuknya. Itu bukan urusan orang lain; engkau membayarnya, dan engkau membakar dirimu sendiri – sangat baik.

Tapi jika engkau menjadi sadar, rokok akan hilang. Jadi aku tidak mengatakan jangan merokok – itu akan menjadi sebuah perintah. Aku katakan jadilah lebih sadar. Dan jika, dalam kesadaranmu, rokok itu lenyap …. Hal ini pasti akan hilang, karena orang yang sadar tidak dapat menjadi begitu bodohnya sehingga dia akan mengambil asap masuk, dan kemudian membuangnya keluar, dan membawa masuk lagi, dan membuangnya… meracuni dirinya sendiri, meracuni atmosfer – dan membayar untuknya, di atas semuanya.

Tindakanmu bukan urusanku; Kesadaranmulah.

Jika kesadaranmu membiarkanmu untuk melakukan sesuatu, itu benar – lakukanlah itu. Jangan khawatir dengan kitab suci apa pun, oleh nabi mana pun. Dan jika kesadaranmu tidak membiarkanmu untuk melakukan sesuatu, maka jangan lakukan itu. Bahkan jika Tuhan berkata kepadamu, “Lakukanlah!” tidak mungkin – engkau tidak bisa melakukannya.

Jadi itu bukan pertanyaan tentang tindakanmu. Aku tidak memutuskan tentang tindakanmu. Aku memberimu kunci utama, alih-alih memutuskan setiap tindakan sederhana dan tunggal, apakah itu benar atau salah – itu adalah pekerjaan yang sangat tidak mungkin.

Aku memberitahumu bahwa biksu Buddha memiliki tiga puluh tiga ribu peraturan. Itulah bagaimana itu terjadi, karena mereka akan menghadap Buddha dengan setiap hal dan bertanya apakah itu benar atau salah. Dan dia akan membuat peraturan bahwa ini benar dan itu salah. Satu orang membuat tiga puluh tiga ribu peraturan! Itu baik bahwa selama dua puluh lima abad hal ini tidak berlanjut, jika tidak …. engkau sedang melakukan jutaan hal: Aku tidak akan terganggu tentang setiap hal kecil yang engkau lakukan.

Perhatianku/urusanku itu sangat asasi, sangat mendasar: kesadaranmu.

Aku tidak peduli dengan tindakanmu, Aku peduli dengan pelakumu. Dan begitu pelaku itu terbangun, itu tidak mungkin untuk melakukan kesalahan. Maka apa pun yang engkau lakukan adalah benar. Jadi jika engkau bertanya kepadaku apa yang benar, apa yang salah, aku akan mengatakan: apa pun yang engkau lakukan secara sadar itu benar, apa pun yang engkau lakukan secara tidak sadar itu salah. Tapi aku tidak menggunakan kata dosa sama sekali. Bahkan jika engkau sedang melakukan sesuatu yang salah, itu hanyalah kesalahan biasa dan manusiawi, yang untuknya tidak seorang pun perlu untuk menciptakan neraka, tidak seorang pun yang perlu menciptakan surga, tidak seorang pun yang perlu datang dan menebusmu dan membebaskanmu. Engkaulah satu-satunya yang membiarkan dirinya terbelenggu oleh orang lain.

Sekarang, tolong ingatlah satu hal: orang lain bisa membelenggumu, tapi tidak ada yang bisa menebusmu.
Hanya engkau yang dapat menebus dirimu sendiri, dan itu adalah dengan menghentikan orang lain untuk membelenggumu, memasang lebih dan semakin banyak rantai berat padamu, membuat dinding yang lebih besar dan semakin besar di sekitarmu.

Engkau adalah mesiasmu sendiri, penyelamatmu sendiri.

OSHO ~ From Unconsciousness to Consciousness, Chpt 26

Tinggalkan komentar