Membuka Mata Ketiga – E-Book PDF

Membuka Mata Ketiga adalah E-Book kumpulan tulisan Leonardo Rimba. Anda bebas untuk download dan membagikannya kembali. Karena telah mendapat izin dan penulis.

Prolog Membuka Mata Ketiga

Menurut pandangan Audifax; Research Director di SMART Human Re-Search & Psychological Development, buku mata ketiga ini unik dan menarik.

Katanya, simbol dan mata ketiga sebenarnya adalah dua hal yang saling berkaitan. Simbol sejatinya adalah sesuatu yang kehadirannya merupakan representasi dari sesuatu yang lain dari dirinya. Misalnya, simbol burung Garuda dengan perisai di dadanya bukanlah bicara an sich mengenai seekor burung yang membawa perisai, namun ada makna atau spirit yang dihadirkan lewat representasi simbol burung garuda tersebut.

Itu artinya, ketika  membaca  makna  suatu  simbol,  maka  ada  sesuatu  yang  harus ditangkap melampaui apa yang tampak. Lalu, apa kaitannya dengan mata ketiga? Mata ketiga atau third eye memiliki fungsi yang kurang-lebih sama, yaitu untuk mencandra melampaui penampakan permukaan.

Keterkaitan itu jualah yang di tangkap dari rangkaian percakapan yang disusun dalam buku Membuka Mata Ketiga yang disusun leh Leonardo Rimba ini.

Buku membuka mata ketiga ini, menurut Audifax, sangat unik, selain karena formatnya yang dihadirkan dalam percakapan, juga karena tema membuka mata ketiga itu sendiri merupakan tema yang menarik.

Membuka mata ketiga adalah bagaimana seseorang mampu mencapai suatu kepekaan untuk tak sekadar terkecoh oleh representasi. Makna selalu berada di luar apa yang tampak. The Real Truth is always out there.

Ketika Leonardo Rimba selaku penulis, meminta Audifax, membuat catatan untuk buku ini, ia mengaku merasa, bahwa hal yang mungkin perlu diberi penjelasan sejak awal adalah bahwa buku ini bukanlah buku how to, melainkan lebih pada ajakan yang disampaikan lewat cara berbagi pengalaman.

Leo mencoba memberikan sebuah trigger bagi Anda, yang hanya Anda sendiri yang tahu apa yang akan terbangkitkan dari diri Anda, setelah membaca buku ini. Sangat personal sifatnya, dan tidak akan sama antara satu pembaca dengan pembaca lainnya. Dan tujuan dari trigger ini adalah kemampuan untuk mencandra. Melampaui representasi, mencapai makna melalui kedalaman ketika membaca sesuatu.

Banyak orang salah tangkap dengan apa yang coba disampaikan Leo ketika mereka hanya menangkap sebatas permukaan atau representasi. Tetapi, banyak orang dapat menemukan “sesuatu” ketika ia mampu melampaui apa yang sebatas representasi dan sampai kepada makna. Kebanyakan, mereka yang terjebak menangkap sebatas representasi  adalah  mereka  yang  memang  terbiasa  mempercayai  sebatas  apa  yang tampak biasa-biasa saja.

Hidup manusia sebenarnya merupakan kehidupan yang dibiasakan untuk “biasa-biasa saja”. Mereka menyebut itu “normal”. Kehidupan yang normal adalah kehidupan yang sesuai norma. Ada banyak norma yang menormalkan, mulai dari agama hingga ilmu pengetahuan. Mulai dari hukum formal hingga adat kebudayaan. Lalu, manusia pun mempertukarkan  normalitas  dengan  kebenaran.  Hanya  yang  normal  yang  dianggap benar.

Pemikiran semacam ini berlangsung lama, hingga munculnya Friedrich Nietzsche yang menggoyang semua bentuk kebenaran yang dianggap absolut. Filsafat Nietzsche kemudian   menjadi   dasar   bagi   kemunculan   aliran   filsafat   yang   disebut   pos-strukturalisme  (sering  disebut  juga  posmodernisme).

Aliran  filsafat  ini  memberikan tempat, bukan hanya pada yang tampak atau apa yang terpikirkan dan terpahami, melainkan juga pada apa yang lain atau liyan.

Apa itu liyan? Liyan adalah segala yang tak tampak, tak terpikirkan, atau tak terpahami, tapi tak bisa begitu saja dianggap tak ada atau salah.

Sejumlah pemikir pos-strukturalis semacam: Jacques Lacan, Jacques Derrida, Gilles Deleuze,  Felix  Guattari,  Julia  Kristeva,  Luce  Irigaray,  dll.,  mereka  semua  adalah pemikir  yang  memberikan  tempat  pada  yang  lain  atau  liyan  atau  the  others. Keterbukaan kepada liyan ini jualah yang menjadi dasar dari pluralitas.

Leonardo adalah seorang yang gigih memperjuangkan pluralitas. Dia kerap mengkritik secara pedas pihak-pihak yang meminggirkan Yang-Berbeda dan mengagung-agungkan Yang-Sama.

Membaca buku ini pun, spirit Leo tersebut masih terasa kuat. Terlihat adanya, keterbukaan pada pluralitas atau liyan adalah salah satu prinsip penting untuk memahami buku ini.

Apa  pun  yang  kemudian  mampu  Anda  lihat,  ketika  Anda  mampu  terbuka  pada pluralitas, maka hidup ini menjadi indah.

Mata ketiga adalah juga pelampauan sebuah oposisi biner. Tidak semua relasi bisa dijelaskan dalam paradigma AKU dan KAU, karena di setiap relasi semacam itu, selalu ada yang lain atau liyan. Sesuatu yang tak tercandra namun ada.

Jika Anda tertarik dengan Membuka Mata Ketiga, Anda dapat mendownload E-Book ini, secara gratis.
Download kumpulan E-Book Spiritual disini;

Tinggalkan komentar