Mengenal Tuhan Dengan Rasa, Bagaimana Pula Ini?

Mungkin anda sering mendengar tentang ajaran-ajaran untuk tidak menggunakan akal.  Dan atau mengenyampingkan fungsi akal dalam mencerna ajaran-ajarannya. Khususnya dalam mengenali keberadaan Tuhan. Konsep ini, dianut hampir sebagian besar manusia dalam banyak sistem keyakinan.

“Bagaimana anda bisa tahu Tuhan jika anda menggunakan logika,” kalimat ini sering ditemukan dalam banyak perdebatan. Wajar, kalimat sakti ini, memang menjadi kunci. Kunci untuk meyakini hal-hal yang tidak logika. Kunci untuk mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal. Dalam sejarah peradaban manusia, konsep ini telah mendunia. Telah menjadi standar baku yang menghantarkan berbagai aliran agama menguasai setiap lapisan kehidupan manusia.

Akal atau nalar, malah cenderung menjadi musuh abadi banyak agama dalam menjaga eksistensinya. Khususnya, dalam membahas kebenaran konsep apa yang di per-Tuhan-kan. Nalar atau akal manusia dibenamkan ancaman dosa, ketika mulai mempertanyakan kebenaran ajaran dan Tuhannya. Lengkap sudah!…

Ada ribuan aliran sistem keyakinan di dunia, anda akan dapat melihat keanehannya dengan logika anda. Tapi jelas tidak bekerja jika berhubungan dengan sistem keyakinan anda.

Lalu pakai apa manusia diajarkan mengenali ajaran dan Tuhannya? Rasa, nurani, hati dan beberapa istilah lainnya.

Untuk konsep hati nurani, anda bisa tulisan sebelumnya; “Kata Hati Murni Sistem Keyakinan”

Sepertinya, tidak ada yang aneh bukan? Ya, tidak aneh! Karena anda tidak tahu bahwa semua itu tidak benar-benar ada. Bahwa semua itu hanya semacam aplikasi yang ditanam dalam dimensi pikiran manusia. Kenapa manusia menganggapnya ada? Karena sejak lahir, pikiran anda sudah dijejali oleh lingkungan bahwa itu ada.

Dalam tulisan ini saya ingin memberi gambaran mekanisme ‘rasa’ memberi sensasi keberadaan Ilahi. Atau sesuatu yang dianggap sebuah fenomena spiritual yang berhubungan dengan spiritual ketuhanan.

Bagi praktisi hipnosis, pasti tahu tentang sebuah kata kunci; “BAYANGKAN DAN RASAKAN”.  Ini adalah kata-kata sakti yang memicu sistem syaraf manusia dalam memunculkan sensasi. Kata-kata ini, memang dalam prakteknya akan dikombinasikan dalam rangkaian kalimat tertentu. Gunanya, untuk membimbing objek masuk dalam kondisi trance.

Contoh script hipnosis; “Bayangkan saat ini anda memegang sebuah jeruk yang sangat asam. Lalu anda iris menjadi dua bagian. Kemudian salah satu irisan nya anda tempelkan dimulut anda. Sekarang anda rasakan setiap tetes airnya memenuhi mulut anda”. Bla.. bla…

Anda bisa melihat, ada dua kata yang diselipkan dalam kalimat sugesti tersebut. Yakni, kata-kata ‘bayangkan dan rasakan’. Intsruksi tersebut akan memanipulasi sistem syaraf anda. Saat anda benar-benar fokus membayangkan, maka gambaran dari jeruk nipis tersebut sudah ada dalam otak anda. Pikiran anda melihat ada sebuah jeruk yang sangat asam. Saat instruksi kata ‘rasakan’, sistem syaraf anda di picu untuk merasakan sensasi rasa asam.

Ini adalah salah satu seni sederhana memunculkan sensasi dalam diri manusia.  Dunia hipnosis memanfaatkan mekanisme ini dalam membimbing manusia masuk dalam kondisi trance. Setelah anda membaca tulisan ini, anda boleh memperhatikan praktik-praktik hipnosis di berbagai acara tv. Anda berpotensi menemuni dua kata ajaib, bayangkan dan rasakan. Namun, untuk tehnik-tehnik tertentu, bisa juga menggunakan kata persamaan dan atau menggunakan bahasa isyarat/simbol yang intinya memicu pikiran manusia untuk membayangkan dan merasakan.

Intinya, saat pikiran manusia membayangkan sesuatu maka secara otomatis juga memicu untuk merasakan. Dan kondisi ini memicu sistem syaraf memicu sensasi. Contohnya, saat anda membayangkan sesuatu yang sensual, maka sistem syaraf anda secara otomatis akan terpicu memunculkan sensasi rasa tertentu.

Lalu bagaimana mengenal Tuhan dengan rasa? Kuncinya satu, anda harus yakin dulu bahwa tuhan itu ada. Artinya, dalam dimensi pikiran anda sudah ada Tuhan beserta deskripsinya. Dalam hal ini, akan disesuaikan dengan ajaran dan sistem keyakinan masing-masing. Jadi intinya, nilai-nilai ketuhanan konsepnya telah anda pelajari.

Bagi anda yang dibesarkan dalam lingkungan dengan sistem keyakinan tertentu, jelas nilai-nilai ketuhanan telah diajarkan sejak kecil. Telah mendarah daging.  Anda yang ingin mengenal Tuhan, jelas dalam dimensi pikiran telah dipenuhi asumsi tentang Tuhan itu sendiri. Tentunya, hal-hal yang baik. Kalau buruk ya jelas bukan Tuhan. Karena itu sudah direkatkan pada sosok lawannya Tuhan, yaitu Setan.

Anda juga akan mengkonsumsi berbagai konsep, termasuk dalam membentuk diri anda agar layak bertemu Tuhan. Dalam hal ini, sangat tergantung dengan ajaran sistem keyakinan. Pikiran anda harus dibentuk sedemikian rupa.

Pikiran anda akan mulai terpicu untuk selalu berpikir tentang keberadaan Tuhan. Setiap apa pun yang terjadi, pikiran anda menghubungkannya dengan Tuhan. Setiap fenomena dan apa pun itu pikiran anda akan terhubung dengan Tuhan. Ini dalam dunia hipnosis disebut anchor/jangkar. Dan ini mulai tertanam kuat dalam bawah sadar anda.

Untuk manusia tipe sugestif ekstreem, ditahap ini keberadaan Tuhan sudah benar-benar terasa. Untuk manusia yang tingkat sugestivitas tipe moderat, sensasi rasa terhubung dengan Tuhan mulai terasa. Sementara tipe analis, mulai bertanya-tanya, apakah benar semua ini adalah tentang Tuhan.

Dalam kondisi trance hipnosis, daya kritis manusia akan terbuka. Artinya, logika manusia tidak bekerja. Sementara, trance itu sendiri adalah sebuah kondisi alamiah manusia. Dan dapat terjadi saat ada tindakan tertentu. Baik oleh faktor ekternal, maupun pikiran sendiri. Dan perlu pula di ketahui, para praktisi hipnosis sebenarnya dalam prakteknya hanya membimbing pikiran anda untuk menghipnotis diri sendiri. Jadi, pikiran anda sendirilah yang memuncukan kondisi trance tersebut.

Tindakan-tindakan ritual, disadari atau tidak sebenarnya secara otomatis memicu pikiran anda untuk menghipnosis diri sendiri. Sehingga, ini memungkinkan anda masuk dalam kondisi trance secara alamiah. Sementara, ajaran tentang ketuhanan yang telah anda pelajari, akan menjadi alur sugesti  yang bekerja saat anda dalam kondisi trance.

Makanya, ketika dalam kondisi trance, pengalaman ke Ilahian yang dirasakan manusia akan berbeda. Sesuai dengan ajaran sistem keyakinannya masing-masing, dimana berfungsi sebagai sugesti pemicu sensasi.

Kata ‘rasa’ sendiri telah membentuk anchor dibawah sadar anda. Dan ini memicu sistem syaraf anda memunculkan sensasi. Ya, rasa adalah sensasi yang dimunculkan oleh pikiran yang tersugesti.

Tingkat sugestivitas mempengaruhi manusia untuk mencapai sensasi ini. Artinya, ketika anda telah melakukan berbagai ritual dan belum merasakan sensasi, anda bisa jadi tipe sugestivitas rendah. Atau bisa disebut tipe analis. Latihan fokus, meditasi, wirid, puasa, berada dalam ruangan gelap, dapat memicu anda masuk dalam kondisi trance.

Atau kalau anda ingin lebih cepat, bisa menggunakan jasa praktisi hipnosis untuk masuk kondisi trance. Anda tinggal minta ingin disugesti seperti apa. Seperti masuk keberbagai dimensi yang katanya dunia ghaib.  Termasuk merasakan sensasi  keberadaan Tuhan. Bahkan, dapat memunculkan sosok imaginer yang bisa anda percayai sebagai Tuhan.

Lalu pertanyaannya, apakah itu benaran Tuhan? Jawabannya, tidak penting benar atau tidak nya, Yang penting manusia yakin bahwa itu Tuhannya. Toh, selama ini juga cara kerjanya begitu. Saat mereka yakin, maka itu otomatis dianggap kebenaran.

Satu pemikiran pada “Mengenal Tuhan Dengan Rasa, Bagaimana Pula Ini?”

  1. Membaca tulisan anda, membuat saya sakit perut tertawa terpingkal pingkal, membayangkan mimik serius wajah kaum ekstrim kanan jika memdengar penjelasan seperti di atas…, Tapi saya khawatir, apakah ada akibat negatif, jika keyakinan yg selama ini terhujam di pikiran para penganut agama agama di dunia porak poranda akibat fakta tersebut…? Saya jadi deg deg an menunggu perkembangan nya

    Balas

Tinggalkan komentar