Tidak Ada Keadilan Dalam Sejarah

Anda bisa saja tetap berpegang teguh dengan dongeng kitab-kitab suci tentang sebuah keadilan, namun fakta sejarah peradaban manusia bercerita lain.  Semesta terus bergerak, dan spesies didalamnya harus berevolusi menyesuaikan diri. Yang tidak, maka dipastikan akan tergilas dan punah!

Anda juga bisa mendapat hiburan dari kata-kata bijak para rohaniawan, bahwa; anda kaum yang di istimewakan. Mahluk pilihan!.. Khalifah yang mendapat anugerah berupa alam semesta beserta isinya untuk dinikmati. Namun, sejarah memberi bukti bahwa hanya mereka yang lebih dulu tahu lah yang akan selamat! Sisanya, akan tergerus oleh sistem yang terus bergerak.

Dunia seperti alam dengan hukum rimbanya. Dulu pun, dizaman primitif, manusia harus bertarung hidup atau mati diatas permukaan bumi. Sama seperti spesies lainnya, memakan atau dinamakan. Sama seperti binatang, yang tidak tahu bagaimana meningkatkan hasil produksi sebuah lembah tempat mereka menggantungkan hidup. Rusa tidak tahu bagaimana agar rumput lebih banyak tumbuh untuk dimakan, Harimau tidak tahu bagaimana supaya Rusa bisa cepat berkembang biak agar kebutuhan daging tercukupi. Dan manusia harus lebih cepat dari harimau agar tidak tewas karena ingin merebut rusa disebuah padang rumput. Untuk makan siang.

Ini sebuah gambaran sistem ekonomi kuno! Hingga pada suatu saat, manusia dengan kemampuan neuroplastisitas-nya berevolusi dalam berpikir. Science kemudian memungkinkan manusia mampu menciptakan alat, menjalin kerja sama, kapitalisme, hingga menemukan cara-cara baru dalam bertahan hidup lalu menguasai.

Percepatan perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin baik hingga masuk keperadaban modren seperti saat ini. Namun, setiap perubahan juga akan memberi dampak secara ekologi. Planet bumi tidak pernah membesar. Dari dulu hanya seperti ini, sementara pertumbuhan manusia yang mampu bertahan hidup dengan jumlah kematian yang semakin mengecil, membuat sebuah ledakan jumlah yang signifikan. Dan ini harus dibayar mahal, spesies lain yang tidak mampu berevolusi punah, dan beberapa yang bertahan, mungkin hanya menunggu waktu untuk mengalami nasib serupa.

Manusia sadar akan sebuah bahaya dimasa akan datang. Tentang kerusakan alam yang ditimbulkan oleh perkembangan itu sendiri. Bisa saja alternatif nya dengan menekan gerak laju kemajuan dan pertumbuhan. Puas dengan apa yang sudah ada saat ini. Namun, kredo pertumbuhan dengan tegas menolak ide sesat macam ini. Alih-alih melambat, yang terjadi adalah mempercepat permainan.

Jika penemuan-penemuan mendestabilkan ekosistem dan mengancam kepunahan manusia itu sendiri, maka yang terjadi adalah upaya-upaya untuk melindungi diri dari efek kerusakan yang terjadi. Jika lapisan ozon menipis dan memaparkan manusia dengan kanker kulit, maka langkah yang diambil adalah harus menemukan tabir surya atau solusi melawan penyakit kanker itu sendiri.

Berita bagusnya, sepanjang sejarah peradaban, manusia tidak pernah jatuh menjadi mangsa kehancuran ekologi. Namun harus diakui bahwa; kiamat ekologis mungkin membawa konsekuensi yang berbeda bagi kasta manusia yang berbeda. Mereka yang lebih banyak tahu, akan muncul sebagai pemenang dan menikmati gerak laju pertumbuhan. Akan menikmati kehidupan dalam rumah kaca yang bebas dari radiasi, polusi, dan berbagai bahaya akibat alam.

Dan, sisanya adalah mereka yang hidup dalam pelukan berbagai penyakit dan cepat mati. Mungkin sedikit terhibur eforia merasa sebagai mahluk pilihan dan masuk surga. Mengkonsumsi kata-kata bijak dengan janji dikehidupan lain lebih baik lagi.

Tidak ada keadilan dalam sejarah, baik dimasa lalu, pun demikian dimasa sekarang. Ketika bencana melanda, yang miskin hampir selalu lebih menderita ketimbang yang kaya. Walau pun, bisa jadi yang kaya-lah biang penyebab tragedinya. Pemanasan global sudah memberi dampak buruk pada kehidupan manusia, seperti masyarakat miskin di negara-negara Afrika yang memang gersang. Namun, masyaraka makmur di Barat masih tetap bisa menikmati kehidupannya.

Ilmu pengetahuan dan kemampuan dalam menyikapi perubahan, memang menjadi jawabannya. Jurang pemisah antara yang tahu dan tidak tahu terus melebar. Dan pada ujungnya, yang tidak mampu mengikuti perubahan akan punah. Sungguh, tidak terlihat memang, namun begitu juga kasus-kasus kepunahan berbagai spesies dimuka bumi ini terjadi. Hilang begitu saja, bahkan disaat satu golongan spesies lain tengah berpesta pora.

Perlu diketahui bahwa; anda yang hidup disaat ini adalah buah kelahiran dari nenek moyang anda yang dapat bertahan saat bertarung adu cepat dengan harimau merebut Rusa ditengah padang rumput untuk makan siang. Keadilan bagi semesta adalah untuk mereka yang dapat selaras dengan sistem dan hukumnya.

Ya, disaat leluhur anda berpesta pora menikmati kekayaan alam, ada sejumlah leluhur yang punah dari kelompok lainnya. Mereka yang punah, memang sebagian akibat perang karena perebutan wilayah, atau kelincahan berebut rusa dengan harimau, atau malah memangsa harimau yang kekenyangan habis menyantap rusa. Namun, ada pula yang binasa karena tidak bisa melewati seleksi alam. Mati kekeringan karena sumber air rusak akibat hutan yang terbakar oleh suku yang berada dipegunungan yang telah menemukan cara baru untuk hidup dengan bercocok tanam.

Ya, kehidupan anda saat ini adalah buah dari kemampuan mengambil kesempatan hidup spesies lain. Buah dari kelahiran nenek moyang yang mampu mengatasi seleksi alam. Bahkan, bisa jadi buah dari kemenangan perebutan wilayah dari suku/bangsa lain dalam menguasai sumber daya. Anda bisa saja mengatakan bahwa segala sesuatunya sudah tertulis di kitab-kitab suci kuno, namun gerak laju pertumbuhan akan dimenangkan oleh spesies yang paling banyak tahu dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap segala perubahan.

Kehidupan anak cucu anda nanti, sangat tergantung dengan kemampuan anda dalam menyikapi gerak laju perubahan. Runtuhnya imperium Firaun, tidak lepas dari kondisi eforia karena merasa sudah banyak tahu, sehingga lupa bahwa waktu selalu membawa perubahan. Sistem keyakinan yang mengakar kuat bahwa manusia sudah berada dipuncak pengetahuan, akan runtuh oleh ilmu baru yang lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan. Berbagai bangsa yang tidak mau tahu era globalisasi akan terpapar dipinggir jurang kehancuran. Waktu selalu membawa perubahan. Tehnologi informasi akan mempercepat prosesnya.

Mungkin, suatu saat nanti, Palestina hanya akan menjadi sebuah catatan sejarah pernah ada, menyisakan gundukan bekas-bekas pemukiman. Sama seperti Majapahit, Mataram, Pajajaran, atau kerajaan-kerjaaan yang diketahui pernah ada, runtuh lalu lalu muncul era baru bernama bangsa Indonesia. Dan waktu juga yang mungkin akan menghilangkan sebuah bangsa bernama Indonesia, karena tidak mampu mengikuti gerak laju perubahan. Namun akan lahir peradaban baru dengan orang-orang mampu mengatasi seleksi alam. Karena waktu yang senantiasa membawa dinamika perubahan.

2 pemikiran pada “Tidak Ada Keadilan Dalam Sejarah”

Tinggalkan komentar