Jawabnya adalah; Apa yang membuat anda tidak berhasil, sebenarnya bukan tentang tidak memahami tehnik, bukan pula soal tidak mengerti tentang teorinya. Banyak pelatihan lupa tentang hal utama yang harus dicapai, yaitu tentang sebuah kondisi.
Tehnik dan teori sebenarnya bertebaran begitu banyak diluar sana. Anda tinggal searching di google. Saya kira, tidak ada kurang2 nya. Namun, tehnik dan teori tersebut tidak akan berlaku sama pada setiap manusia. Ini sangat tergantung dengan kondisi emosi dan mentalnya.
Apa yang membuat ketika dukun baca mantera/ surat Alfateha bisa menyembuhkan, sementara yang lain saat membaca mantera/ surat Alfateha, qo tidak berlaku sama. Jawabannya, sama! Ini tentang kondisi. Kondisi emosi dan mental yang akan mempengaruhi target/client.
Musik dan lagunya boleh sama; tapi akan berbeda ketika di nyanyikan oleh artis yang berbeda.
Ada sebuah kondisi! Kondisi ini akan mempengaruhi intonasi nada bicara anda. Kondisi ini akan mempengaruhi sorot mata anda. Kondisi ini akan mempengaruhi sikap, bahkan aroma tubuh anda. Kondisi emosi dan mental! Rasa percaya diri.
Saat anda percaya diri, sikap, intonasi nada bicara, raut wajah, dan lainnya akan terasa sangat jelas pada diri client/target. Dan, tidak hanya secara visual, kondisi emosi dan mental anda juga akan terbaca melalui intuisi client/target.
Penyebab kegagalan terbesar saat menghipnotis
Pernahkah anda melihat subjek yang sudah masuk ke kondisi hipnotis (trance) tapi tidak menerima atau melakukan sugesti yang di berikan?
Berikut ini adalah 3 kesalahan terbesar yang mungkin anda lakukan sehingga proses hipnotis tidak sesuai dengan yang anda inginkan.
- Subjek tidak mengerti yang dimaksud kondisi hipnotis
- Subjek merasa terancam dengan sugesti yang anda berikan
- Subjek tidak faham dengan sugesti yang anda katakan
Solusinya terdapat pada pre induksi.
Pre induksi idealnya bukan hanya sekedar membangun rapport/kepercayaan subjek tapi juga memberikan penjelasan yang detail mengenai kondisi hipnotis. Sehingga subjek dapat trance dengan cepat, hal ini disebut dengan istilah training hypnotic. Pada fase test sugestibilitas, sebenarnya secara tidak langsung seorang praktisi hipnosis telah memberikan semacam training hypnotic. Tapi, kemudian pada beberapa subjek lain yang dianggap “gagal” melakukan test sugestibilitas, penghipnotis buru-buru mengklaim bahwa subjek tidak bisa di hipnotis dan atau memiliki sugestibilitas yang rendah. Padahal seringkali kondisi ini disebabkan oleh ketidak tahuan subjek terhadap maksud dari test sugestibilitas.
Coba anda perhatikan lagi proses test sugestibilitas yang sering anda lakukan, contoh sugesti arm catalepsy dengan script “bla..bla…bla…semakin anda berusaha membengkokkan lengan anda maka lengan anda semakin kaku” bukankah itu adalah sugesti? Dan sugesti yang diucapkan tanpa ada sentuhan metaphor tentu sangat tidak efektif karena bisa jadi alam bawah sadar subjek tidak mengerti apa yang dimaksud dengan “lengan menjadi keras, lengan baja, dsb..” subjek mengira lengannya akan mengeras dengan sendirinya tanpa ada kekuatan lain dalam dirinya sendiri, padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa semua bentuk hipnotis pada dasarnya adalah self hipnotis, penghipnotis hanya berperan sebagai guide.
Dalam pre induksi, hal utama yang perlu dilakukan adalah memastikan subjek untuk mengerti dulu tentang kondisi hipnosis. Setelah subjek dirasa mengerti, tentu langkah selanjutnya adalah melakukan induksi dengan benar. Biasanya, setelah induksi langkah berikutnya adalah deepening. Nah kemudian “sugesti” disinilah letak kesalahan kedua, sugesti yang diberikan tidak dimengerti dan menimbulkan ketakutan pada alam bawah sadar subjek. Sehingga, ia berusaha menghindarinya dan atau melawan.
Contoh kesalahan script yang menimbulkan ketakutan dan perlawanan “bla..bla..bla…mulai sekarang anda tidak bisa lagi berkata-kata. Sekarang anda bisu..bla…bla…bla..” dengan script demikian tentu muncul ketakutan subjek benar-benar bisu selamanya. Sehingga alam bawah sadarnya melawan. Selain itu, subjek juga menganggap penghipnotis sedang menyerang dia dengan pengaruh ke-bisu-an. Dalam hal ini, subjek akan merasa perlu melawan untuk membuktikan bahwa dia lebih kuat dari penghipnotis.
Coba bandingkan dengan script yang dibumbui teknik methapore berikut ini : “Sekarang kekuatan fikiran anda telah membuat mulut anda terkunci rapat. Sehingga anda lebih nyaman dengan mengunci mulut anda rapat-rapat, semakin anda berusaha berkata-kata, maka kekuatan fikiran anda semakin mengunci lebih rapat dan kuat lagi sama seperti pintu yang terkunci”
Perhatikan kalimat “kekuatan fikiran anda” Perlukah subjek melawan fikirannya sendiri??? Perhatikan juga kalimat “sama seperti pintu yang terkunci” dan kalimat “anda lebih nyaman dengan mengunci mulut anda rapat-rapat dst…” adakah kalimat negative disana??? Pada akhirnya subjek akan terlihat kebingungan karena mulutnya benar-benar terkunci rapat. Lakukan induksi lagi secara berulang-ulang hingga sampai pada kondisi trance paling dalam atau somnambulism trance. Jika subjek telah sampai pada level somnambulism trance, anda tidak perlu khawatir lagi dengan kesalahan dalam menyusun script karena alam bawah sadar subjek telah menjadi lebih peka dan lebih cerdas dari sebelumnya.
Ciri-ciri fisik menjelang trance, diantaranya :
- Pupil mengecil.
- Pandangan kosong.
- Otot wajah mengendur.
- Suhu telapak tangan berubah.
- Kedipan mata melemah.
- Pernafasan ringan/melambat.
- Kelembaman tubuh (Seperti malas bergerak).
- Katalepsi mata.
- Mata berkedip seperti orang gelisah.
- Dan lain sebagainya.
saya ingin lebih jauh lagi bagaimana tingkat keberhasilan hypnoterapi ini, karena saya pernah dilakukan hypnoterapi , malah tidak ada reaksinya alias gagal kenapa bisa sprti itu
mohonn tanggapannya
tks
Anda dapat mengidentifikasi dari faktor2 ini, kenapa Anda gagal hypnoterapi.
Pertanyaannya, apakah Anda ingin melakukan tidakan hipnoterapy atau ingin masuk kondisi hypnosis untuk di hipnoterapy?