Keyakinan Bukan Kebenaran

Anda harus tahu! Bahwa keyakinan bukan kebenaran. Sejatinya, hanya dengan modal keyakinan, anda belum tentu sudah benar, begitu maksudnya. Atau, keyakinan bukan sebuah kepastian. Artinya, bisa benar bisa tidak.  Walau pun secara psikologis, saat dalam kondisi yakin, sering kali kita terjebak dalam rasa sudah benar adanya. Ini adalah bagian dari tulisan sebelumnya, tenggelam dalam keyakinan buta.

Ada perbedaan antara keyakinan dan kebenaran. Walau dalam kehidupan sosial masyarakat hal itu batasannya menjadi kabur. Apalagi ditambah dengan cara berpikir bahwa; YAKIN LAWAN KATANYA RAGU! Semakin klop salah kaprah yang telah mendarah daging tersebut.

Secara harafiah; Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar — atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Jadi, saat manusia dalam kondisi YAKIN. Maka bisa saja benar atau bisa juga salah. Belum mutlak.

Sederhana nya YAKIN itu sebuah kondisi. Kondisi dari sebuah kesimpulan merasa sudah tahu/benar/… Tapi bukan sebuah kenyataan/realitas/.. Jika realitas/kenyataan maka biasanya di sebut fakta. Jika fakta, kondisinya bukan YAKIN lagi. Tapi statusnya TAHU.

Namun, karena kesalah kaprahan yang sudah mendarah daging dan dianggap biasa, secara psikologi manusia kemudian menganggap bahwa ini tidak masalah. Biasa saja, memang begitu adanya. Kita kemudian, mengabaikan dan tidak berupaya mencari tahu makna dan tujuan dari kata yakin yang sesungguhnya.

Dalam banyak kasus, manusia bisa marah saat orang melakukan penghakiman padanya, hanya dengan modal keyakinan mereka. Tapi karena kesalah-kaprahan dalam dimensi pikiran yang berpengaruh kebawah sadar manusia, kita tidak tahu bahwa tindakan tersebut sebenarnya tidak dianggap kejahatan/kesalahan. Khususnya bagi pelaku. Kenapa, pelaku tidak merasa bersalah. Keyakinan dalam pikirannya adalah kebenaran dalam psikologisnya. Ini murni tentang dimensi pikiran manusia.

Makanya, sering terjadi penghakiman atas dasar modal YAKIN doang. Secara psikologis akhirnya manusia merasa tidak bersalah atas tindakan/perlakuan ini. Berbagai penghakiman terhadap manusia seperti ini pun terjadi pada banyak aliran sistem keyakinan termasuk agama.

Bisa jadi, pada dasarnya manusia dalam aliran keyakinan dan agama tersebut tersebut baik, polos dan tulus. Namun karena kondisi secara keyakinan  yang secara psikologis dianggap sebuah kepastian, maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi dianggap benar. Para radikalis, merasa benar membunuh orang yang berbeda aliran. Dalam dimensi pikirannya ini adalah benar.

Inilah adalah kegilaan akibat kesalah-kaprahan dalam dimensi pikiran manusia. Oh…. anda mungkin menganggap bahwa para radikalis salah/kejam/dll. Tapi anda sendiri mengalami kondisi kegilaan dalam hal ini. Anda tidak bisa melihat bahwa apa yang anda yakini sebagai belum tentu benar. Manusia sering kali terjebak dalam keyakinan buta. Baru dalam status YAKIN sudah merasa dalam status kepastian benar.

Bahkan, pada beberapa orang berpikir bahwa; KEYAKINAN itu lawan kata dari KERAGUAN. Dengan begitu maka secara otomatis bawah sadar manusia menangkap, keyakinan itu adalah kepastian. Kebenaran mutlak! Sudah pasti.

Anda yang dalam salah satu aliran keyakinan agama misalnya, memiliki keyakinan bahwa alam dan segala isinya ini adalah ciptaan Tuhan anda. Secara psikologis, anda sudah merasa ini sebuah kepastian. Sudah pasti benar. Tuhan yang dalam pikiran anda, ada dan memang mengatur segala sesuatunya. Demikian juga pada yang memiliki keyakinan konsep dewa-dewi. Mereka berpikir bahwa dewa-dewi itu benar-benar ada. Pasti ada!

Tapi ketahuilah, para Atheis yang dalam dimensi pikiran tidak percaya adanya Tuhan, melihat anda adalah sebuah kegilaan. Sama seperti anda yang melihat kaum Atheis sebagai orang gila yang tidak percaya bahwa segala sesuatunya ada penciptanya. Ya, sama-sama gila dalam keyakinan yang sudah dianggap KEPASTIAN!…

Anda yang dalam kepercayaan adanya Tuhan, mereka yang percaya adanya Dewa-Dewi, dan kaum Atheis yang tidak percaya Tuhan, sama-sama dalam dimensi KEYAKINAN masing-masing. Dan kemudian tumbuh dalam sebuah dimensi merasa itu sudah benar. Merasa sebagai kepastian. Kenapa? Karena kesalah-kaprahan tentang esensi kata KEYAKINAN.

Ya, saya tahu pasti, ini susah untuk diterima oleh pikiran. Kita sudah terjebak sangat jauh, dalam keyakinan yang kita anggap sudah menjadi kepastian atau kebenaran. Tidak usah terburu-buru mengambil kesimpulan dalam keyakinan baru anda. Renungkan saja dulu, bisa sehari, dua hari, seminggu, sebulan, setahun, puluhan tahun, atau hingga akhir hayat.

Atau anda bisa baca perdebatan ngeyel ini; tentang keyakinan bukan kebenaran;

Tanya: Bagaimana manusia mampu mengetahui ‘kebenaran’?
Bagaimana anda tahu bahwa ‘kebenaran’ itu adalah sebuah kebenaran?

Jawab: Nilai2 kebenaran, etika, moralitas, budaya, dan lainya adalah kreatifitas bentukan manusia melalui sebuah proses yg panjang. Peradaban itu sendiri terbentuk melalui evolusi kognitif dan sangat perlahan.

Ada proses… tidak begitu saja terjadi. Nilai kebenaran masa lalu, dengan yang sekarang bisa saja berbeda. Namanya peradaban…

Dalam setiap komunitas, golongan, sistem keyakinan, budaya, juga sering terdapat perbedaan tentang nilai-nilai kebenaran. Nilai kebenaran itu adanya dalam dimensi pikiran manusia.

Kita saat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan nilai2 yg disepakati dan sebagian besar diwarisi oleh generasi sebelum nya. Dan waktu membawa perubahannya…

Jika seandainya ada mesin waktu, kita mengirim bayi yg baru lahir k era peradaban kuno; bisa jadi ada sedikit perbedaan dari sisi genetika dan kecerdasan bawaan, namun bayi tersebut akan tumbuh sebagai manusia sesuai dengan peradaban di sana. Berpikir, bersikap, dan merasa sebagai orang kuno.

Pemikiran-pemikiran baru tentang konsep kebijaksanaan yang juga sering disebut wahyu, pencerahan atau sejenis, adalah buah dari pikiran manusia yang memfokuskan pikiran untuk berpikir kearah itu. Cara kerjanya sama seperti para ilmuwan dalam menemukan hal-hal baru. Munculnya seperti ide, gagasan, ilham, dll.

Tanya: Jika demikian, kembali ke pertanyaan saya, bagai mana anda (manusia) tahu jika ‘kebenaran’ itu sebuah kebenaran?
Jika anda (manusia) menyimpulkan bahwa sebuah ‘kebenaran’ itu adalah kebenaran, maka disebut sebuah KEYAKINAN!
Meskipun menurut anda, kebenaran itu bisa berubah sesuai ‘selera’ manusia. Tidak ada kebenaran mutlak!

Dengan demikian maka judul status anda di atas tidak tepat.
Karena KEYAKINAN ADALAH KEBENARAN!

Jawab: Ya, nilai2 kebenaran itu sebuah persepsi. YAKIN BENAR, bukan berarti benar lho. 

Contoh; para radikalis yakin bahwa gorok2 leher orang yang berseberangan ajarannya adalah kehendak Tuhannya. Mereka yakin benar. Yakin sudah benar. Yakin sudah bertindak di jalan yang benar.

Sama seperti saat ini; Saat ini saya yakin, kamu gak faham apa arti kata #YAKIN. Tapi ini hanya sebatas keyakinan saya semata. Bisa jadi kamu sudah faham dengan arti kata yakin dan bisa jadi juga kamu tidak faham atau belum faham. Bisa iya, bisa tidak. Jadi hanya dengan modal keyakinan saya, itu belum sebuah final.

Tapi, jika suatu saat kamu benar2 terbukti belum faham dengan arti kata YAKIN. Maka statusnya, saya TAHU jadi bukan yakin lagi. Seharusnya begitu.

Saya kasih contoh lagi; SAYA YAKIN TUHAN TIDAK ADA. Trus apakah dengan keyakinan saya ini, sudah pasti benar???
Tanya: Justru itu, karena ‘kebenaran’ itu sendiri juga belum tentu sebuah kebenaran! ( Saya cuma mengikuti logika berfikir anda).
Jawab: Lha, kan semakin jadi namanya. Benar saja belum tentu benar, apalagi statusnya baru modal yakin. Ya toh…
Tanya: Lho saya mempermasalahkan judul status anda yang rancu logika!
Jawab: Sekarang saya yakin bahwa anda tidak faham arti kata yakin. Sudah pasti benar apa belum?
Tanya: Menurut anda keyakinan itu apa?

Bagaimana proses memperoleh nya?

Jawab: ck.. ck… ternyata anda tipe baca judul saja mas.. mas…

Jadi sudah panjang lebar saya bales komentar ini, mas belum baca artikelnya. Itu kan sudah saya tulis diatas. ckckckc…

Kita sudah saja dulu ya.. jika masih tertarik dengan materi artikel ini, nanti bisa baca di website. Biar saya lebih perjelas. Atau jika mas rajin, bisa searching di search enggine untuk ARTI KATA YAKIN. Ketik saja keyword KEYAKINAN

Tanya: Ya, terima kasih.
anda pintar juga ‘ngeles’…😁

Jawab: Saya tidak ngeles. Saya hanya menyampaikan fakta bahwa KEYAKINAN BUKAN KEBENARAN. Mungkin selama ini anda juga sudah terjebak dengan salah kaprah bahwa yakin itu kebenaran.

Tanya: Ini kutipan anda, keyakinan anda hadapkan pada kebenaran mutlak.

Ya, inti dari tulisan ini adalah esensi KEYAKINAN. Apa itu makna dari keyakinan. Kenapa ada kata keyakinan dalam kehidupan manusia. Apa tujuan dan maksud keyakinan.

‘Bahwa saat manusia dalam kondisi YAKIN. Bisa benar bisa pula salah. Jadi, keyakinan bukan sebuah kebenaran mutlak.’

Sementara yang ini anda menyatakan bahwa kebenaran itu relatif,

‘Ini saya copas…

Nilai2 kebenaran, etika, moralitas, budaya, dan lainya adalah kreatifitas bentukan manusia melalui sebuah proses yg panjang. Peradaban itu sendiri terbentuk melalui evolusi kognitif dan sangat perlahan.

Ada proses… tidak begitu saja terjadi. Nilai kebenaran masa lalu, dengan yang sekarang bisa saja berbeda. Namanya peradaban…

Dalam setiap komunitas, golongan, sistem keyakinan, budaya, juga sering terdapat perbedaan tentang nilai-nilai kebenaran. Nilai kebenaran itu adanya dalam dimensi pikiran manusia.

Kita saat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan nilai2 yg disepakati dan sebagian besar diwarisi oleh generasi sebelum nya. Dan waktu membawa perubahannya…

Jika seandainya ada mesin waktu, kita mengirim bayi yg baru lahir k era peradaban kuno; bisa jadi ada sedikit perbedaan dari sisi genetika dan kecerdasan bawaan, namun bayi tersebut akan tumbuh sebagai manusia sesuai dengan peradaban di sana. Berpikir, bersikap, dan merasa sebagai orang kuno.

Pemikiran-pemikiran baru tentang konsep kebijaksanaan yang juga sering disebut wahyu, pencerahan atau sejenis, adalah buah dari pikiran manusia yang memfokuskan pikiran untuk berpikir kearah itu. Cara kerjanya sama seperti para ilmuwan dalam menemukan hal-hal baru. Munculnya seperti ide, gagasan, ilham, dll.’

Itulah yang saya lihat mengenai ‘ketidakkonsistenan’ logika anda. Terimakasih.

Biar saya perjelas,
Jika anda menyatakan bahwa kebenaran itu relatif, maka keyakinan juga harus ditinjau dari ‘relativitas’ tersebut!…

Itu baru ‘apple to apple’.

Dari definisi anda tentang keyakinan ini pun sudah cukup bahwa KEYAKINAN (RELATIF) ADALAH KEBENARAN (RELATIF).

Ini penjelasan anda tentang keyakinan,
‘Secara harafiah; Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran

Jawab: Lah mas… KEYAKINAN BUKAN KEBENARAN dengan materi nilai-nilai kebenaran itu sendiri berbeda kan. Itu menjawab pertanyaan anda. Krn anda bertanya.

Kan ada kata nilai-nilai kebenaran. Karena menjawab pertanyaan anda bagaimana manusia mengetahui kebenaran. Kebenaran mutlak bukan nilai, tapi fakta.

Dalam penggunaan kata keyakinan. Dalam dua kasus ini, tetap berlaku sama.

Contoh dalam kebenaran mutlak: Saya YAKIN kamu laki-laki. Ini kan bisa iya, bisa tidak. Dan akan diketahui saat melihat wujud kamu. Dari sana akan didapat kebenaran mutlak karena melihat fakta. Saat melihat fakta, statusnya saya menjadi tahu jadi seharusnya bukan yakin lagi.

Contoh dalam nilai-nilai kebenaran; Saya YAKIN mendoakan leluhur itu baik. Ini kebenaran berdasarkan persepsi atas dasar pemikiran manusia.

Nah, dimana pun penempatakan kata YAKIN. Itu bisa benar bisa tidak.

Namun, yang terjadi dalam dimensi pikiran manusia. Saat yakin sudah dianggap kebenaran. Seperti kata kamu; KEYAKINAN ADALAH KEBENARAN.

Seperti saat ini; saya YAKIN kamu adalah tipe ngeyel dan gak faham arah artikel ini. Apakah ini sudah masuk dalam status kebenaran? Ini hanya persepsi/asumsi saya. Modal saya yakin.. bahkan sudah yakin banget. Tapi ini bukan fakta kan?

Tapi jika suatu saat nanti, saat saya ketemu anda dan kita bicara panjang lebar dan ternyata kamu gak faham-faham juga, statusnya baru ditingkatkan menjadi saya TAHU. Karena saya sudah melihat fakta dengan bukti empiris.

Sayangnya, pada awal, pertanyaan kamu; ” Bagaimana manusia mampu mengetahui ‘kebenaran’?. Seharusnya saya bertanya dulu ini arahnya kemana? Tapi saya malah menggunakan KEYAKINAN, bahwa ini pertanyaan untuk nilai-nilai KEBENARAN. Memang modal yakin itu, gak baik ya. Seolah udah pasti padahal belum tentu, bisa jadi pertanyaan jebakan.

sikap saya saat ini; merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa diri anda tipe ngeyel bukan ingin tahu. Bukan ingin belajar esensi dari materi yang ingin disampaikan.

(saya) menyimpulkan bahwa diri (saya) telah mencapai kebenaran tentang diri anda. Tapi apakah ini sudah benar? Hanya anda yang tahu. Saya hanya bisa berasumsi dengan keyakinan saya.

Salam…

Tanya: Lho anda sendiri mengatakan bahwa anda tidak sedang membahas KEBENARAN!

Sekali lagi saya hanya mengikuti logika anda.

Kesimpulan tentang keyakinan seseorang laki-laki itu adalah benar (berdasarkan kebenaran yang diyakini saat itu).
Jika kemudian ternyata dilain waktu mengetahui bahwa ternyata perempuan, itu HANYA merubah keyakinan saja. Karena semua kan bersifat RELATIF!

Dalam sains pun berlaku yang demikian itu.

Jawab: Karena kamu tidak faham dengan arti kata yakin maka kamu bisa berpendapat seperti itu. Kamu ingin mempertahankan pendapat kamu. Dan itu salah kaprah yang ingin disampaikan dalam artikel ini. Seharusnya, kata yakin bukan sebuah kebenaran. Yakin itu sebuah kondisi merasa sudah tahu. Kalau sudah tahu, maka tidak perlu yakin lagi. Tahu ya tahu. Saya tahu.

Tanya: sama2. Saya tambahkan juga bahwa ‘kebenaran’ itu juga sebuah asumsi, bisa benar bisa tidak!

Jawab: Ya, itu sudah saya jelaskan dengan ‘nilai-nilai kebenaran’, pada komentar diatas. Sementara kebenaran mutlak itu biasanya dikonotasikan pada fakta/realtias. Seperti air laut itu asin. Bagi yang sudah mencoba minum air laut, tahu pasti air laut itu asin. Untuk yang seperti itu sebenarnya bukan keyakinan lagi statusnya, tapi kenyataan/fakta/tahu bahwa air laut itu asin. Tapi bagi yang belum merasakan air laut, statusnya YAKIN. Yakin air laut asin, krn orang2 ngomong begitu. Tapi baginya, masih sebatas keyakinan atau asumsi.

Dalam spiritual, ini yang dinamakan kesadaran, dan membedakan dengan sistem keyakinan. Hakikat!

Salah kaprah tersebut juga berpengaruh secara psikologis. Untuk hal-hal tertentu mungkin tidak apa-apa. Tapi kan banyak contoh, modal yakin dianggap kebenaran yang berpengaruh buruk. Yakin bahwa orang yang tidak sealiran itu musuh dan jahat, maka layak digorok lehernya. Inilah yang membuat manusia secara psikologis tidak merasa bersalah menghakimi orang. Salah kaprah yang mendarah daging. Krn sudah biasa maka dianggap biasa.

Makanya banyak manusia tenggelam dalam keyakinan buta. Karena secara psikogolis sudah merasa benar.

https://neurolism.web.id/neuron/keyakinan/

Tanya: Saya hanya mencoba merunut logika dari tulisan (status) anda.
Tidak logis jika manusia meyakini sesuatu tapi tidak yakin bahwa yang diyakini itu adalah sebuah kebenaran!

Jawab: Lah iya… yakin itu sebuah kondisi. Kondisi merasa sudah benar. Tapi apakah sudah pasti benar atau belum!!?????

Tanya: ngeyel itu jika seseorang tidak mampu konsisten dalam logika!

Sementara anda tidak mampu menunjukkan argumen untuk mendukung tuduhan anda.

Jawab: Apakah dengan modal keyakinan saya tentang anda, sudah langsung bisa menjadi sebuah kepastian??!!… Jika sudah, berarti tulisan saya salah. Ini logikanya…

Karena saat ini, keyakinan saya; selain ngeyelan anda bodoh…

Tidak usah dijawab.. cukup anda yang tahu… Saya cukup dengan keyakinan saya.

Tanya:  keyakinan anda, saya tidak bisa menghakimi apakah itu salah atau benar. Karena kebenaran itu anda sendiri yang menyimpulkannya.

Demikian juga anda tidak bisa menilai keyakinan orang lain bukan merupakan suatu kebenaran!

Itu jika anda mampu berlogika dengan benar!

Jawab:  NAH INI JAWABANNYA BRAY; (Walau bahasanya saja anda bolak-balik)

“Demikian juga anda tidak bisa menilai keyakinan orang lain bukan merupakan suatu kebenaran!”

Bahwa keyakinan itu bukan sebuah kebenaran. Tapi bisa benar, bisa tidak! Keyakinan itu masih sebatas asumsi. Hanya asumsi!…

Saat saya YAKIN anda tidak benar, bukan berarti itu sudah kepastian anda tidak benar. Bisa saja benar bisa saja salah.

Udah ya, salam.. semoga anda sehat dan baik-baik saja. Saya juga begitu…

Maaf kalo kata-kata saya mungkin menyinggung anda. Saya ingin memberi jawaban dari kata2 anda sendiri. BAHWA KEYAKINAN SAYA BAHWA ANDA BODOH, BISA BENAR BISA TIDAK. Dan seharusnya, saya tidak berhak menghakimi anda hanya dengan modal KEYAKINAN saya saja.

KEYAKINAN ITU BUKAN KEBENARAN, TAPI SEBUAH ASUMSI BAHWA BENAR. TAPI BISA BENAR, BISA SALAH. JADI STATUS KEYAKINAN ITU BARU SEBATAS ASUMSI YANG BELUM FINAL.

Keyakinan itu adalah sebuah kata universal. Artinya berlaku untuk umum. Termasuk dalam menggambarkan soal agama. Kata keyakinan pada dasarnya, tetap berlaku sama ketika menjelaskan tentang sistem keyakinan.

Berikut diskusi tentang ini:

Tanya: Agama itu bukan keyakinan dan agama itu adalah kepercayaan. Percaya dg kitabnya, percaya dg nabinya percaya dg masing2 “Tuhannya”

Jawab: keyakinan bukan kebenaran

Tanya:  pendapat dari pengetahuan bidang science ; fisika , dg pengertian ilmu dibidang spiritual ; ahli metafisik , itu berbeda , 

Jawab: Ya beda, ilmu pengetahuan cenderung berlaku universal. Dan agama atau sistem keyakinan berlaku hanya untuk golongannya.

Makna yang ingin disampaikan pada artikel ini adalah; hanya dengan modal yakin belum tentu benar.

Contoh; Saya yakin Tuhan itu tidak ada. Maka bisa saja benar bisa juga tidak. Jadi ketika manusia modalnya baru di status yakin, itu bukan sebuah final. Fahamkan mbak??

Tanya: Dlm ilmu pengetahuan di dunia jagad itu indikasinya adanya kebenaran dan kesalahan , ilmu dlm dunia rohani diindikasikan adalah percaya dan tdknya .
puncak ilmu spiritual/puncak kerohani yg berkaitan dg Keesaan diindikasinya adanya keyakinan

orang yg bilang Tuhan itu tdk ada ya maklum ,
krn ia belum mengalami belum.bersentuhan dg keajaibannya

Jawab: Lha iya, saat anda bersentuhan dengan keajaiban, anda YAKIN itu dari Tuhan anda. Bagi yang tidak percaya Tuhan tapi percaya Alien, mereka YAKIN itu semua terjadi atas kuasa Alien lho mbak. Nah, semua mempunyai keyakinan masing-masing. Apakah dengan modal keyakinan itu sudah pasti kebenaran?

Bisa iya bisa tidak…

Kemarin saya di datangi mahluk astral, mengaku Tuhan.. Dengan bukti-bukti SK dan pengakuannya, saya kemudian YAKIN itu Tuhan. Trus, apakah KEYAKINAN saya tersebut pasti benar???

Trus apakah KEYAKINAN saya ini sudah diindikasikan sebagai puncak kerohanian yang berkaitan dengan keesaan. Atau harus sama dengan anda baru bisa dikatakan puncak kerohanian.

Jangan2 anda halusinasi/delusi dan yang saya benar. Ya kan…

Ini kita sama-sama modal yakin lho mbak…

2 pemikiran pada “Keyakinan Bukan Kebenaran”

  1. Si penanya masih terkungkung oleh sistem keyakinan nya…, Makanya ia masih bersikeras dengan pendapatnya……, Memang ……sangat sudah keluar dari sistem keyakinan yang selama sedari lahir, kecil, remaja dan dewasa memang selalu di ajarkan mengenai keyakinan akan suatu agama tertentu…

    Balas

Tinggalkan komentar