Menjadi Makrifat Dalam ber- Spiritual

Menjadi makrifat itu, biasa saja. Bukan tumbuh menjadi aneh. Harus berjanggut panjang memutih. Pakai jubah panjang menyapu lantai. Bisa nangkap petir terus dijadiin keris yg berkhodam naga genit atau bebek nungging.

Menjadi makrifat itu hanya soal kesadaran. Sadar sesadar, sadar nya manusia. Lepas dari berbagai hipnosis yg menjajah, termasuk belenggu keyakinan.

Sadar bahwa Tuhan yg disembah” itu adalah simbol. Simbol sebagai jembatan komunikasi dengan kesadaran tertinggi.

Sadar bahwa berdoa itu, adalah berkomunikasi dengan diri sendiri. Diucapkan sendiri. Didengar sendiri. Lalu dikerjakan sendiri.

Memahami hakikat atau esensi. Bahwa segala sesuatu nya terikat sistem semesta dan hukumnya. Memahami cara kerjanya. Termasuk yg dianggap berbagi keajaiban juga.

Jika dulu #saketi mandraguna karena kebal bacok atau kebal muka. Setelah makrifat, maka tahu cara kerjanya. Jika sudah tahu, maka hilang lah kebal itu. Di tusuk sumpit mie ayam pun bisa jebol.

Kembali ke NOL/KOSONG/SUWUNG. Termasuk tentang Tuhan. Dari seolah-olah tahu menjadi semakin tidak tahu. Dan menempatkan nya sebagai sesuatu yg tidak TERDEFENISIKAN. Tidak terpikirkan.

Tuhan yang terpikirkan. TERDEFENISIKAN itu, adalah produk pikiran. Pikiran yg di paksa tahu sesuatu yg tidak tahu. Timbul nya menjadi halusinasi. Jika dipercaya menjadi delusi. Bisa karena akibat menghipnotis diri sendiri.

Menjadi makrifat itu, kembali menjadi manusia biasa. Terbebas dari keterikatan konsep logika yg tercipta; dari salah satunya sistem keyakinan.

Jika menjadi makrifat terlihat bisa begini, begitu, kayak ada sakti” nya; memang sejatinya manusia begitu. Punya daya cipta dalam mewujudkan kehendaknya. Kembali menjadi sejatine ingsun. Kamu pun bisa, hanya saja lupa cara kerjanya akibat permainan dunia.

3 pemikiran pada “Menjadi Makrifat Dalam ber- Spiritual”

Tinggalkan komentar