Sistem Keyakinan Mematikan Nalar Manusia

Sistem keyakinan itu adalah bentuk nyata produk pikiran. Tidak perlu benar-benar ada! Tidak perlu realitas, apalagi bukti empiris. Yang penting yakin, cukup!

Sistem keyakinan itu sebuah konsep rekayasa yang dibuat oleh pikiran. Bisa muncul dari kreatifitas, imaginasi, fantasi, halusinasi, asumsi dan hal-hal lainnya. Bisa dari kecerdasan pikiran liar manusia dalam mendefenisikan sesuatu. Intinya, bukan benar-benar ada. Jika benar-benar ada maka disebut realitas atau fakta. Jadi tidak perlu yakin tapi tahu bahwa ada.

Kehidupan manusia itu adalah bentukan lingkungan. Terbentuk dari apa yang di konsumsi. Yang dimakan/minum menjadi darah daging dan lainnya. Itu membentuk tubuh fisik. Atau biasa juga disebut materi.

Secara spirit, ada sebuah kondisi dalam pikiran manusia. Kondisi tersebut terbentuk melalui pengalaman; apa yang dibaca, didengar, dirasa, ditemui, dilalui sepanjang hidup. Proses ini sangat berpotensi membentuk sistem keyakinan. Jika manusia terbiasa mengkonsumsi hal-hal tahyul, maka cenderung mempercayai tahyul. Dan ketahyulan tersebut akan berlaku seolah nyata. Sistem syaraf manusia akan memunculkan sensasinya.

Saya kasih bocoran ya; Orang yang sering dianggap gila itu adalah orang yang menganggap nyata apa yang kita anggap tidak ada. Tapi jika mayoritas menganggap yang tidak nyata itu ada, maka yang mengatakan fakta akan dianggap gila. Begitu cara kerjanya.

Karena sesuatu yang dianggap normal itu adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh manusia kebanyakan. Ada semacam kesepakatan-kesepakatan dalam penentuan normal dan tidak normal. Dibentuk baik secara sadar atau tidak sadar. Dan terus berposes. Relatif dan sangat dinamis. Sesuatu yang dianggap normal pada masa lalu, bisa jadi suatu yang dianggap kegilaan untuk masa saat ini.

Sistem keyakinan juga bermain dalam ranah ini. Sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Makanya, idealisme dalam setiap wilayah memiliki potensi perbedaan. Idealisme suatu kelompok berpotensi beda dengan kelompok lain. Idealisme satu agama, berbeda dengan agama lain. Idealisme tiap pribadi manusia tidak benar-benar sama persis.

Pahlawan bagi sebuah kelompok, bisa jadi musuh bejat bagi kelompok lain. Orang suci bagi suatu agama, bisa jadi musuh jahat bagi agama lain.

Anda orang Indonesia bisa saja beranggapan bahwa orang-orang Belanda pada zaman dulu adalah penjajah jahat. Tapi ketahuilah, orang-orang yang anda anggap jahat tersebut bisa jadi orang yang disebut sangat berjasa bagi orang Belanda. Makanya, ada begitu banyak kuburan orang Belanda di Indonesia saat ini terawat dan terjaga baik di Indonesia. Dibiayai secara rutin oleh Pemerintah Belanda untuk mengenang jasa-jasanya.

Anda orang Indonesia bisa datang ke Ancol, disana ada sebuah pemakaman orang-orang Belanda yang sangat terawat dengan baik. Biayanya dianggarkan oleh pemerintah Belanda. Soal ini, saya bukan ingin memprovokasi untuk membangkitkan dendam pada orang-orang Belanda, apalagi merusak kuburan orang-orang yang sudah lama mati itu.

Sistem keyakinan itu bukan sebuah realitas, sepakati saja dulu itu. Cara kerjanya, cukup membuat anda yakin. Saat anda yakin, maka dalam dimensi pikiran anda sudah menjadi sebuah kebenaran. Bahkan sistem syaraf anda terpicu untuk memunculkan sensasinya. Sehingga menjadi seolah-olah ada. Bisa dalam bentuh halusinasi maupun sensasi rasa. Nanti dalam penjelasan secara terpisah saya akan jelaskan bagaimana sistem syaraf manusia memunculkan sensasi rasa dan halusinasi.

Orang dalam sistem keyakinan cenderung berhalusinasi. Memegang kuat pendapatnya tentang sesuatu yang tidak ada. Karena didukung oleh sistem syarafnya yang memunculkan sensasi. Ngotot, ngeyel, dan cenderung terpicu memberi argumentasi pembenaran melalui opini. Mengada-ada untuk mendukung sesuatu yang tidak ada.

Menurut saya, ini bentuk sakit jiwa juga. Semacam kegilaan. Tapi, karena begitu banyak orang terjebak dalam sistem keyakinan, maka dianggap normal. Biasa saja. Tidak aneh. Kegilaan jenis ini akan mengabaikan realitas. Realitasnya, adalah halusinasinya. Mereka tenggelam dalam produk pikirannya.

Kenapa? Karena mereka tidak pernah belajar tentang cara kerja pikiran. Pikiran yang sejatinya alat. Mereka cenderung merasa bahwa pikiran tersebut lah dirinya.

Baiklah, tidak ada yang salah dengan sistem keyakinan sebenarnya. Kecuali sumbernya dari sesuatu yang jahat. Atau dari orang tidak tahu, tapi sok tahu. Belum ketemu, ngaku paling tahu. Biasanya bermain diranah asumsi. Masalahnya, jangankan dari sumber yang salah. Dari sumber yang benar pun akan selalu beda asumsinya.

Itu pula alasannya, kenapa dalam satu kelompok keyakinan saja ada banyak aliran. Dalam satu aliran masih banyak persoalan. Realitasnya begitu.

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan sistem keyakinan. Yang salah adalah; ketika kita tidak tahu cara kerja itu sistem keyakinan. Sudah tak tahu, tidak juga mau tahu. Lalu ngaku paling tahu. Trus ngatur-ngatur yang belum tahu. Inilah yang terjadi ditengah manusia dewasa ini.

Nanya sedikit boleh??? Yakinkah kamu, bahwa kamu tetap dengan keyakinan mu saat ini? Jika kamu lahir disuatu tempat/kondisi/tradisi/budaya/waktu yang jauh berbeda dengan yang kamu jalani ini?

Baiklah, saya akan memberi gambaran tentang contoh sistem keyakinan, agar bisa ditangkap makna yang ingin saya sampaikan secara jelas. Tanpa distorsi asumsi. Saya juga akan memberi penegasan dalam hal ini bahwa; Sistem keyakinan itu merupakan suatu sikap yang membentuk kondisi pikiran. Suatu keadaan psikologis manusia. Sehingga kesimpulannya, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.

Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan melalui teori yang berkembang melalui ilmu pengetahuan bahwa keyakinan itu keliru. Sehingga terbentuk keyakinan baru.

Sistem keyakinan juga cenderung mematikan nalar manusia. Sistem keyakinan membentuk gagasan spesifik mengenai berbagai aspek kehidupan yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Membentuk semacam idealisme bagi pemiliknya. Tanpa mempedulikan munculnya berbagai fakta yang menyimpang dari apa yang diyakini tersebut.

Misalnya kepercayaan manusia terhadap adanya hantu merupakan suatu bentuk keyakinan, kita dapat menemukan contoh-contoh lain yang berkembang di masyarakat.

Keyakinan tumbuh berkembang dengan pandangan dunia yang diafirmasi masyarakat dan biasanya cenderung berbeda antara mayarakat satu dengan kelompok masyarakat lainnya. Misalnya masyarakat yang berkembang dari zaman perbudakan atau penerapan politik segregasi di Amerika Serikat akan memiliki keyakinan bahwa orang kulit hitam akan selalu merasa inferior bila dibandingkan dengan orang kulit putih. Dulu begitu, tapi sekarang sepertinya tidak lagi. Runtuh oleh realitas dan dorongan kesadaran masyarakat. Zaman.

Masyarakat yang memiliki pandangan dunia patriarki akan memiliki keyakinan bahwa kaum pria merupakan kaum yang memiliki kelebihan-kelebihan atau superior di ruang public dibandingkan kaum wanita. Hal ini berakibat munculnya domestifikasi peranan dan status kaum perempuan dalam domain kerja dan kekuasaan.

Sistem keyakinan juga terbentuk melalui tradisi dan budaya. Namun, saya tidak ingin memberi contoh sistem keyakinan yang berkembang melalui agama. Tak ada realitas yang dapat memberi argumen untuk bisa dibenarkan dalam ranah ini. Karena ada missing link yang pembuktiannya setelah mati. Jika sudah begini, mau bicara apalagi.

Walau pun sebenarnya kaum dari satu agama bisa melihat ketidak benaran dari agama lain, maupun sebaliknya.

Ya, keyakinan tidak perlu penjelasan! Bersambung…

__// Tulisan ini bagian dari buku Neurolism

2 pemikiran pada “Sistem Keyakinan Mematikan Nalar Manusia”

  1. Sangat menginspirasi…….., Penjelasan ini sebenarnya sudah diulas oleh Socrates beberapa abad silam, namun itu tadi, jika mayoritas menganggap yg tidak nyata itu ada, maka yg mengatakan fakta akan dianggap gila…!

    Balas

Tinggalkan komentar